Sebelas anak komodo tersebut berasal dari perkawinan pejantan yang bernama Boy dengan dua betina bernama Juminten dan Genok.
Dari perkawinan itu, menghasilkan 28 butir telur. Sedangkan yang berhasil menetas sebanyak sebelas telur anak komodo.
Puluhan telur tersebut merupakan dari hasil produksi pada bulan Mei hingga Juni 2017 pada saat proses breding(kawin). Kemudian pada bulan Agustus 2017, puluhan telur tersebut dipindahkan oleh petugas diruang inkubator yang berada di nursery (ruang perawatan bayi satwa) untuk menjalani penetasan.
![]() |
Humas PDTS KBS Wini Hustiani mengatakan proses penetasannya membutuhkan waktu hampir 7 bulan.
"Pada 27 Februari hingga 4 Maret 2018 dari 28 butir telur Komodo yang berhasil menetas sebanyak 11 butir. Sedangkan sisanya tidak memungkinkan untuk menetas karena kondisi telur kurang bagus," kata Wini kepada detikcom, Selasa (20/3/2018).
Wini juga menambahkan, saat ini 11 anakan Komodo tersebut ditempatkan di dua kotak khsusus yang ditempatkan di ruang nursery (ruang perawatan bayi satwa) Kebun Binatang Surabaya.
"Mereka kita tempatkan di ruang khusus dengan pemantauan dan perwatan khusus sebelum dipindah di kadang peraga," ujar Wini.
Dengan hadirnya 11 anakan komodo tersebut, populasi satwa Komodo menjadi berlimpah. Untuk itu pihak pengelola Kebun Binatang Surabaya akan menambah kadang lagi.
![]() |
"Kita akan menambah kandang lagi. Saat ini sudah ada satu kandang yang terbagi menjadi lima kadang. Yakni khusus dewasa, remaja dan anakan,"kata Wini.
Sementara itu, Rukin (53) Keeper nursey mengatakan tidak ada kesulitan khusus dalam merapat anakan komodo.
"Tidak ada kesulitan, karena dulu sudah pernah merawatnya," ungkap Rukin.
Rukin mengaku dalam satu minggu 11 anakan Komodo ini diberi makan sebanyak 2 kali.
"Makannya seminggu dua kali. Pada hari minggu dan rabu. Porsinya sendiri ada daging satu ons dipotong kecil. Karena mereka masih anakan sehingga kita sesuaikan porsi makannya," tandasnya. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini