Konferensi tahunan ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional, yang jatuh setiap 8 Maret.
"Juga merupakan media untuk mengapresiasi peran para wanita penegak hukum dari berbagai negara yang telah mendedikasikan hidupnya untuk keamanan lokal di samping menjalankan peran yang cukup berat sebagai istri dan ibu," kata Kepala Biro Misi Internasional Divisi Hubungan Internasional Polri Brigjen Krishna Murti dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (9/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konferensi tahun ini dihadiri 250 wanita yang bekerja di bidang penegakan hukum dari berbagai negara di seluruh dunia. Negara-negara itu adalah Georgia, Armenia, Kirgiztan, Moldova, Tajikistan, Ukraina, Pakistan, Myanmar, Pakistan, Albania, Montenegro, Bosnia dan Herzegovina, serta Indonesia.
Konferensi tahun ini mengangkat tema rekomendasi untuk meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi antara instansi penegak hukum dan komunitasnya serta penguatan pemolisian yang berfokus pada komunitas.
"Pemolisian dalam hal ini tidak hanya diartikan sebagai tugas-tugas terkait kepolisian saja, tetapi lebih luas, yaitu konteks keamanan dan penegakan hukum," ujar Krishna.
Konferensi internasional ini mengangkat ide 6 pilar dalam pemolisian abad XXI yang terdiri dari upaya membangun kepercayaan dan legitimasi, menyusun kebijakan yang komprehensif dan responsif, serta menyeimbangkan peran IT dan media sosial dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, memberikan pembelajaran dan pelatihan kepada para penegak hukum di lapangan serta mengevaluasi berbagai hal terkait dengan keselamatan petugas dalam bertugas. (mei/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini