Lokakarya ini diselenggarakan Dewan Bisnis AS - ASEAN, Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia serta konsulat jenderal Amerika Serikat di Grand City Surabaya, Rabu (7/3/2018).
"Setidaknya dengan acara ini, pelaku UKM semakin kompetitif ke depannya," kata Wali Kota Tri Rismaharini dalam sambutannya di hadapan para tamu US-ASEAN Business Council.
Menurut Risma, pembangunan ekonomi di Kota Surabaya 98 persen ditopang dari sektor pedagang ekonomi kecil mikro (UMKM), sisanya 2 persen dari perusahaan besar. Hal ini mampu terwujud karena selama ini para pelaki UMKM diajarkan ilmu untuk bersaing melalui Go Global Go Digital.
"Kini, produk mereka sudah setara dengan produk yang ada di luar negeri," ungkap Risma.
Selain itu, ada pembelajaran go financial yang mengajarkan pelaku UKM mencari bentuk-bentuk modal agar para pelaku usaha industri kreatif mampu meningkatkan kapasitasnya untuk lebih luas mencari jaringan melalui teknologi.
"Sekarang batik Surabaya, fashion, handycraft dan lain-lain sudah kita ekspor ke luar negeri seperti Afrika dan Eropa," tambah Risma.
Mantan Kepala Dinas Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) ini juga berharap dengan adanya acara semacam ini, pelaku UKM lebih berdaya baik bagi dirinya sendiri maupun bagi Kota Surabaya.
"Saya yakin, pelaku UKM di surabaya mampu menyerap ilmu di sini kemudian disumbangkan kepada warga yang lain agar lebih sejahtera," pungkasnya.
Perwakilan Perusahaan US-ASEAN Business Council Indonesia Desi Indrimayutri menambahkan, perangkat digital memungkinkan usaha kecil menjadi lebih efisien, lebih menguntungkan, dan lebih saling terkait untuk mendukung UKM di Indonesia dan seluruh negara ASEAN.
"Lokakarya hari ini memperluas komitmen dewan yang telah lama berjalan untuk memberdayakan UKM ASEAN di bawah aliansi Bisnis AS-ASEAN untuk UKM yang kompetitif," tegas Desi.
Tidak hanya itu, digitalisasi memungkinkan pelaku UKM di Indonesia dan seluruh ASEAN untuk berpartisipasi dalam perdagangan lintas batas yang memungkinkan mereka tumbuh dan menimbang kebutuhan bisnis tanpa harus mengurangi biaya.
"Memang belum semua, tetapi jika pemerintah dan perusahaan mendukung maka pembangunan ekonomi digital inklusif akan segera terwujud," ujar Desi.
Sementara, Nanik Heri selaku koordinator Pahlawan Ekonomi sektor handycraft mengaku senang dengan adanya acara ini. Pasalnya, selain mendapatkan ilmu menjual produk menggunakan digital, perempuan yang sudah 21 tahun menggeluti dunia usaha kecil menengah ini berharap agar produk yang dijual semakin dikenal banyak orang, tidak hanya di sekitar Jawa Timur.
"Mumpung peserta yang datang berasal dari ASEAN dan Eropa, saya berharap mereka (orang-orang asing) berminat dengan produk saya sekaligus memperluas pasar saya," pungkas Nanik. (ze/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini