Begini Awal Mulanya Kampung Organik Brenjonk Dirintis

Begini Awal Mulanya Kampung Organik Brenjonk Dirintis

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 06 Mar 2018 10:32 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Merintis kampung organik Brenjonk tak semudah membalikkan telapak tangan. Utamanya untuk membangun kesadaran penduduknya agar tak menggunakan bahan kimia. Setidaknya butuh waktu 11 tahun untuk menjadikan Brenjonk seperti saat ini.

Suka duka itu dirasakan Slamet, salah satu penggagas kampung organik Brenjonk di Dusun/Desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto. Berangkat dari keprihatinan kondisi kesehatan masyarakatnya yang banyak mengidap penyakit kronis di usia produktif, bapak satu anak ini pun mencetuskan ide untuk menanam bahan makanan yang terbebas dari zat kimia.

"Makanan kita dikelilingi racun, seperti pemanis, penyedap rasa, pengawet, pewarna itu tak bagus. Di sektor pertanian bahan yang dipakai menyemprot tanaman juga mengandung racun. Hasilnya kita konsumsi setiap hari," kisah Slamet saat berbincang dengan detikcom di kantor Perkumpulan Brenjonk, Selasa (6/3/2018).

Tak hanya soal kesehatan, kondisi perekonomian warga Dusun Penanggungan juga menjadi pelecut semangat bagi Slamet dan kawan-kawan untuk membangun kampung organik. Betapa tidak, mayoritas pekarangan rumah warga setempat dibiarkan terbengkalai. Paling bagus hanya dipakai menanam singkong yang nilai ekonomisnya rendah.

Bersama beberapa sahabatnya, pria kelahiran Dusun Penanggungan 47 tahun silam ini pun merintis pembangunan kampung organik sejak tahun 2007 lalu.

"Saya mulai dengan saya sendiri. Saya riset rumah sayur organik (RSO) selama dua tahun," ujarnya.

Setelah berhasil, Slamet pun menularkan ilmunya ke warga Brenjonk. Rumah tanam ini menjadi media untuk budidaya aneka jenis sayuran secara organik. Prinsip tanpa menggunakan bahan kimia dalam bercocok tanam pun betul-betul diterapkannya.

"Saya tak henti-hentinya menyampaikan kalau ini (pertanian organik, red) baik. Kemudian saya cari pangsa pasarnya untuk menjual hasil panen," terangnya.

Tak hanya itu, Slamet juga mendirikan Perkumpulan Brenjonk. Kelompok ini menjadi wadah pelatihan bagi warga yang serius ingin mengembangkan bisnis di bidang pertanian organik. Bahkan dia menghibahkan rumahnya di Dusun Penanggungan menjadi kantor bagi organisasi yang dia bangun.

Setelah 11 tahun berlalu, lanjut Slamet, kini Perkumpulan Brenjonk mempunyai 130 anggota di Dusun Penanggungan, Kecamatan Pacet dan Prigen-Pasuruan. Hasil panen berupa sayur mayur, beras dan buah-buahan mereka telah mengantongi sertifikasi pangan organik dari PT Bioset Bogor, sehingga produk Brenjonk bisa menembus supermarket di Kota Surabaya.

"Efek ke warga sini mulai mengurangi penggunaan pupuk kimia. Mereka mulai menanam sayuran organik untuk konsumsi keluarga," ungkapnya.

Sejumlah penghargaan pun telah diterima kampung organik Brenjonk. Di antaranya dari British Council tahun 2011 di bidang kewirausahaan sosial dan menjadi peringkat pertama di bidang penanggulangan kemiskinan dari Gubernur Jawa Timur.

"Menjadi kampung organik, Dusun Penanggungan juga menjadi perhatian Pemkab Mojokerto. Jalan desa dicor, juga dapat bantuan Rp 600 juta kami gunakan membangun foodcourt, gedung pertemuan dan rumah kemas," tutupnya.
(lll/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.