Mo Huanjing yang bekerja sebagai pengasuh anak di sebuah keluarga beranggotakan lima orang ini, dinyatakan bersalah atas pidana pembakaran sebuah apartemen di Hangzhou pada 22 Juni 2017. Akibat aksi Mo ini, seorang ibu dan tiga anaknya tewas.
Seperti dilansir AFP, Jumat (9/2/2018), dalam sidang putusan hari ini, Mo (35) dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengadilan menyatakan Mo telah mengakui dirinya memulai kebakaran di ruang tamu apartemen majikannya yang ada di lantai 18. Rencananya, dia akan memadamkan kobaran api itu dengan cepat agar dirinya dianggap sebagai pahlawan. Dia ingin memanfaatkan momen itu untuk mendapat lebih banyak uang dari majikannya.
Namun kenyataannya, api menyebar dan membesar dengan sangat cepat hingga menjadi tak terkendali. Mo berhasil menyelamatkan diri dari kebakaran itu. Namun dia meninggalkan istri majikannya, Zhu Xiaozhen (34) dan ketiga anak majikannya yang berusia 6 tahun, 9 tahun dan 11 tahun. Keempat korban tewas akibat sesak napas karena menghirup asap kebakaran.
Majikan Mo, Lin Shengbin (37), yang merupakan suami dan ayah korban sedang berada jauh dari rumah saat peristiwa itu terjadi. Dia sengaja membuka satu akun media sosial Weibo untuk mendokumentasikan perjuangan mencari keadilan bagi istri dan ketiga anaknya.
Saat Mo dijatuhi vonis mati, Lin mempopulerkan tagar 'istri dan anak-anak di surga 22 Juni' di Weibo. Dia memiliki 2,3 juta follower di Weibo.
"Si iblis akhirnya menerima penghukuman, hukuman mati," tulis Lin dalam postingan Weibo pada Jumat (9/2) waktu setempat. "Saya telah menderita siang dan malam selama 200 hari terakhir dan hari ini akhirnya menerima putusannya," imbuhnya.
Dalam pernyataannya, Lin menyatakan rencananya untuk menggugat pihak-pihak yang 'berpengaruh' yang dia salahkan atas kematian keluarganya. Lin tidak menyebut secara spesifik pihak-pihak yang dimaksudnya. Namun sebelumnya dia menyalahkan Greentown, kontraktor gedung-gedung bertingkat di Hangzhou dan sejumlah pengembang properti besar. Lin menyebut pihak-pihak itu memberi fitur keselamatan yang minim di kompleks apartemen yang ditinggalinya sehingga menghambat upaya pemadaman api.
Tahun lalu, Dinas Pemadam Kebakaran setempat menyangkal tudingan pihaknya lamban merespons kebakaran di apartemen Lin. Mereka menyalahkan tekanan air yang terlampau rendah dan kurangnya alat keselamatan di apartemen yang terbakar.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini