"Saya kira tidak ada maksa, karena Pak Jaang itu kan juga mendaftar ke PDIP kemudian beberapa kali ke PDIP minta pasangan dengan saya gitu kan. Cuma kan terakhir itu kalau memang maksa itu kan saya cek apa kalimat saya dan di mana tempatnya gitu lho," ujar Safaruddin kepada wartwan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (4/1/2018).
Safaruddin mengaku bertemu dengan Jaang pada 27 November 2017. Kemudian, Safaruddin juga berkomunikasi lewat telepon dengan Jaang pada 25 Desember 2017.
"Tanggal 27 November saya bertemu, tanggal 25 Desember malemnya saya telepon mengatakan jalan sendiri-sendiri," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Safaruddin, dalam pembicaraan telepon itu, Safaruddin ingin memastikan Jaang soal pasangan di pilgub.
"Saya telepon mau memastikan bahwa Pak Jaang pasti nggak sama saya?" tutur Safaruddin.
"Dia jawab, 'oh saya ndak bisa memastikan' dan beliau mengatakan akan memastikan tanggal 7 Desember, tanggal 7 Desember kan kita tidak ada pilihan lain lagi," sambung dia.
Safaruddin juga menanggapi pernyataan Demokrat yang menuding adanya ketidakadilan aparat penegak hukum dalam menangani kasus.
"Tidak ada keadilan? Lah kan masalah pemeriksaan itu kalau memang masalah bukti-bukti, kan saya kira kita tidak boleh juga yang namanya orang melakukan pelanggaran hukum terus berkedok dengan pemilihan," tutur dia
Safaruddin juga menanggapi adanya tuduhan intervensi yang dilayangkan Demokrat kepada dirinya. Dia mengatakan setiap orang punya persepsi masing-masing.
"Ya itukan kalau saya ini tidak ada hubungannya, kalau orang punya persepsi punya pendapat kita hargai pendapat masing-masing orang lah namanya juga demokrasi kita hargai semua membuat penafsiran seperti itu kan hak kita tapi karena anda nanya saya, saya jelaskan," sambung dia. (idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini