Cerita Detik-detik Penangkapan 12 Aktivis di Kulon Progo Versi Warga

Cerita Detik-detik Penangkapan 12 Aktivis di Kulon Progo Versi Warga

Ristu Hanafi - detikNews
Selasa, 05 Des 2017 20:07 WIB
Salah seorang mahasiswa yang diciduk polisi menunjukkan luka-luka tubuhnya. Foto: Ristu Hanafi
Kulon Progo - Sebanyak 12 aktivis Aliansi Tolak Bandara Kulon Progo diciduk polisi siang tadi. Sempat terjadi kericuhan antara polisi dan para aktivis yang terjadi di rumah salah seorang warga, Hermanto (50) itu.

Detikcom menelusuri kronologi insiden yang melukai 3 orang dari mahasiswa dan warga ini, Selasa (5/12/2017).

Rumah Hermanto terletak di Desa Palihan Kecamatan Temon. Para aktivis yang berada di sana dianggap polisi menghalangi proses land clearing lahan calon pembangungan New Yogyakarta International Airport (NYIA).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadi pagi, sekitar pukul 09.30 WIB, ratusan aparat gabungan TNI/Polri, Satpol PP, dan Angkasa Pura, tiba-tiba berhenti di depan rumah saya. Ada sekitar empat backhoe," kata Hermanto (50) saat ditemui di rumahnya, Selasa (5/12/2017).

Hermanto yang tergabung dalam Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon Progo (PWPP.KP) ini mengaku waktu itu ia keluar rumah dan bertanya maksud kedatangan petugas di rumahnya kepada seorang petugas Angkasa Pura.

"Saya bilang, ini rumah saya, tanah saya. Angkasa Pura jawab, ini sudah dibeli. Dibeli apa, saya tak pernah berniat jual," kata Hermanto yang terlihat masih ingat betul perbincangannya dengan petugas Angkasa Pura.

Dilanjutkannya, petugas Angkasa Pura itu langsung berbalik menuju belakang barikade aparat gabungan dan tangannya menunjuk ke arah sebuah bangunan sanggar seni miliknya yang tepat berada di depan rumah sisi kiri.



"Saya berdiri, tiba-tiba ada lemparan benda dari arah aparat dan kena kepala saya sampai keluar darah," kata Hermanto sambil menunjuk bekas lukanya yang sudah dibalut perban.

Setelah itu, lanjutnya, suasana memanas karena puluhan aktivis mahasiswa yang salah satu poskonya di depan rumah Hermanto, mencoba membantu Hermanto mempertahankan bangunan sanggar dan tanaman di pekarangan rumah.

"Suasana ricuh, beberapa mahasiswa dipukuli, diinjak, diseret, saya ditarik masuk rumah," imbuhnya.

Di waktu yang bersamaan, bangunan sanggar seluas 9x9 meter dengan dua lantai di bagian depan, yang berisi puluhan patung dan relief, langsung dirobohkan oleh alat berat backhoe. Tak hanya itu, tanaman di pekarangannya juga diratakan dengan tanah.

"Ada 12 mahasiswa yang ditangkap dan dibawa ke Mapolres," ujar Hermanto.



Menurutnya, ia tak menyangka bangunan miliknya dirobohkan. Ia menyebut hingga saat ini belum memberikan persetujuan ikut konsinyasi (proses pelepasan hak dan ganti rugi) di pengadilan.

"Padahal komitmen (Angkasa Pura) kemarin, yang dirobohkan yang sudah dikonsinyasi dan rumahnya sudah dikosongkan, padahal saya belum dikonsinyasi. Saya semuanya belum saya lakukan proses konsinyasi, karena saya niatnya tak akan menjual," katanya.

Ditambahkannya, sekitar sebulan lalu Angkasa Pura mengajukan penawaran kepadanya tapi dia tolak. Kemudian pada tanggal 27 November 2017, Angkasa Pura merobohkan sebagian tanaman di pekarangan rumahnya, menyongkel 3 pintu dan 11 jendela, pemutusan listrik, delapan meteran termasuk masjid di depan rumahnya.

"Hari berikutnya, warga yang menolak, rumahnya listrik diputus," papar Hermanto.

Diakuinya, warga yang tergabung dalam PWPP.KP berjumlah 300 jiwa berasal dari Desa Glagah, Palihan, Sindutan.

Polisi mengatakan bahwa pada sore tadi pihaknya kembali mengamankan 3 orang aktivis. Sehingga totalnya ada 15 aktivis penolak Bandara Kulon Progo yang diamankan polisi hari ini.

"Siang tadi kita mengamankan 12 orang, sore ini 3 orang, seluruhnya aktivis solidaritas berstatus mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi," kata Kasat Reskrim Polres Kulon Progo AKP Dicky Hermansyah, ketika dimintai konfirmasi detikcom. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads