Polri: SAGL Modelnya Seram, Tapi Bukan Antitank

Polri: SAGL Modelnya Seram, Tapi Bukan Antitank

Audrey Santoso - detikNews
Sabtu, 30 Sep 2017 23:02 WIB
Kepala Korps Brimob Polri Irjen Murad Ismail menunjukkan senjata SAGL (Foto: Audrey/detikcom)
Jakarta - Polri menegaskan impor senjata jenis Stand-alone Grenade Launcher (SAGL) bukan senjata antitank ataupun antiteror. Senjata itu merupakan senjata kejut dan hanya namanya saja yang seram.

"Ini bukan senjata antiteror dan sebagainya. Saya kemukakan di sini sebenarnya senjata ini bukan untuk membunuh, tetapi untuk kejut," kata Kepala Korps Brimob Polri Irjen Murad Ismail dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel, Sabtu (30/9/2017).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Murad menambahkan penggunaan senjata tersebut biasanya untuk penanganan huru-hara. Jarak tembaknya maksimal hanya 100 meter. Peluru yang digunakan berupa gas air mata atau peluru asap.

"Kalau kita bicara modelnya aja seram, sebenarnya ini laras sedikit, jadi paling banyak 100 meter. Larinya cuma 100 meter. Jadi tidak akan dianggap anti bahaya atau antitank," urainya.



Pemesanan senjata, sambung Murad, sudah pernah dilakukan pada tahun 2015 dan 2016. Tapi senjata tersebut belum pernah digunakan di ibu kota.

"Memang betul bukan baru sekali ini, sudah 3 kali dengan ini. Sampai hari ini senjata api ada di Papua dan di Poso. Jakarta tidak, belum pernah menggunakan. Komandan yang pernah menggunakan," imbuhnya.

Senjata yang kini tertahan di Bandara Soekarno-Hatta tersebut diimpor dari PT Mustika Duta Mas yakni Arsenal Stand Alone Grand Launcher (SAGL). (ams/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads