"Sosialisasi dengan mendatangi satu per satu pedagang kami lakukan sejak sebelum puasa hingga awal Agustus lalu," kata Kasi Ops bidang Trantibum Satpol PP Surabaya Joko Wiyono pada detikcom di sela normalisasi pasca penertiban bangunan pasar buah di Jalan Widodaren, Selasa (22/8/2017).
Secara telaten tiap hari Jokowi, sapaan akrab Joko Wiyono, mensosialisasikan penertiban ke 90 pedagang, agar sukarela membongkar bangunan yang berdiri di atas saluran air.
Puncaknya, seminggu jelang penertiban. Saat itu, kata Jokowi, pedagang ngotot meminta ganti rugi dan relokasi diberikan pemkot dalam sosialisasi yang digelar di kantor Satpol PP Surabaya. "Pokok'e pak, kami minta ganti rugi dan relokasi. Wong saya sudah izin lisan sama wali kota yang dulu biar bisa jualan," ujar Jokowi menirukan permintaan keras pedagang.
Penertiban di Jalan Widodaren/ Foto: Zaenal Effendi |
Baca Juga: Normalisasi Saluran Air, Puluhan Lapak Pedagang Buah Ditertibkan
Mendengar pernyataan keras dari pedagang, Jokowi juga 'menantang' pedagang. "Saya pun bilang. Sekarang pertumbuhan kota semakin maju, masyarakatnya banyak. Pemerintah ingin memanfaatkan kembali sebagai jalan untuk dilebarkan dan menormalisasi saluran yang 'mati' 30 tahun agar kawasan tidak banjir," kata dia pada pedagang saat itu.
Tak hanya itu, Jokowi juga meminta anggota Polrestabes Surabaya yang ikut rapat sosialisasi terakhir bersama 90 pedagang. Ini dilakukan agar segera mendata dan mempidanakan pedagang karena sudah melanggar dan menggunakan lahan aset pemkot tanpa izin.
"Saya waktu itu juga minta ke Polrestabes Surabaya mempidana para pedagang. Dan alhamdulillah pedagang akhirnya secara sukarela dan menyadari bahwa aktivitas jualan selama 30 tahun melanggar aturan," tambah Jokowi.
Ia pun bersyukur, penertiban akhirnya berlangsung aman tanpa ada perlawanan dari pedagang. Bahkan, beberapa pedagang membongkar sendiri bangunan yang menutup saluran air. (ze/fat)












































Penertiban di Jalan Widodaren/ Foto: Zaenal Effendi