Petani garam selalu bergantung pada musim. Saat musim hujan atau kemarau basah, bisa dipastikan hasil garam akan menurun. Sedangkan dengan inovasi rumah garam prisma, petani garam tak lagi harus bergantung pada musim. Petani garam bisa panen garam setiap hari tanpa harus menunggu musim berpihak pada petani.
"Dengan prisma kita bisa tetap produksi di musim hujan," kata Samian Arifin di lokasi r rumah garam prisma, Senin (31/7/2017).
Selain itu, jelas Samian Arifin, keunggulan lain rumah garam prisma ini adalah panas yang dihasilkan oleh plastik geotermal lebih fokus dan tahan angin. "Ini juga irit bahan baku," tambahnya.
![]() |
Garam prisma yang dibuat, menurut Samian Arifin, bisa tahan terhadap hujan ataupun embun, yang bisa membuat proses pembuatan garam berlangsung lebih lama. "Musuh petani garam itu hujan, sekali saja kena hujan, maka proses penggaraman akan hilang," tegasnya.
Arifin memaparkan, untuk satu rumah garam prisma membutuhkan uang sebesar Rp 4,5 juta. Jika bisa berproduksi setiap hari akan bisa kembali modal. "Tiap bertani garam dengan modal Rp 4,5 juta untuk rumah garam prisma, bisa kembali modal," tambahnya.
Menurutnya, perbedaan mendasar dari rumah garam prisma dengan tambak garam konvensional, adalah hasil garamnya. Jika di tambak garam konvensional hanya menghasilkan 60-80 ton garam per hektar pada musim normal.
"Tapi menggunakan metode rumah garam prisma ini bisa menghasilkan 120-125 ton per hektar atau bahkan 400 ton per hektar setahun di musim normal karena bisa terus produksi selama 1 tahun," kata Samian Arifin panjang lebar. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini