Sebelum 2017, Belalang Kembara Sudah 'Teror' NTT Tahun 1998

Sebelum 2017, Belalang Kembara Sudah 'Teror' NTT Tahun 1998

Gibran Maulana Ibrahim - detikNews
Selasa, 13 Jun 2017 04:04 WIB
Foto: Dok. Istimewa (Rooslinda R Lodji)
Jakarta - Belalang kembara 'meneror' Waingapu, Sumba Timur, NTT, pada Sabtu (10/6) lalu. Ternyata, bukan kali ini saja belalang kembara 'meneror' wilayah tersebut.

Warga Waingapu, Rooslinda R Lodji menceritakan kisah 'teror' oleh belalang kembara dari tahun ke tahun. Pada tahun 90-an, kawanan serangga ini juga pernah memadati Sumba Timur.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya, pernah tahun 90-an, sekitar 1998-1999. (Penyebabnya) pembakaran padang, terus banyak juga yang mulai tembak-tembak burung. Burung pemangsa belalang itu kan diburu pemburu-pemburu burung ini, hutan-hutan kan mulai ditebang, ada lagi investor mereka kan mulai membuka lahan baru. Mungkin itu lahan yang sebenarnya daerah mereka makan dan efeknya sekarang larinya ke kota," kata Rooslinda saat berbincang, Senin (12/6/2017) malam.

Saat itu, Rooslinda menuturkan jalanan dipenuhi oleh belalang. Faktor cuaca juga memengaruhi meledaknya populasi belalang kembara.

"Lebih parah yang 90-an karena jalanannya penuh dengan belalang. Misal mendung dan hujan dia lebih cepat menetas lagi anak belalang, telurnya lebih cepat menetas lagi," sebutnya.

Pada 2016 kemarin serangan belalang kembara juga terjadi di Sumba Timur. "Sekitar bulan November 2016, sudah mulai. Oktober-November itu mereka bertelur, apalagi dengan curah hujan Sumba Timur jadi sekitar Januari menetas banyak sekali," terangnya.



Puncak dari serangan belalang lalu terjadi di Juni 2017 ini. Faktor pembakaran ladang membuat kawanan belalang ini 'meneror' kota. Jika sudah demikian, kemungkinan gagal panen bagi petani setempat semakin besar.

"Diperparah awal Mei lalu terjadi pembakaran padang itu kan, terus ladang-ladang yang selesai panen dibakar-bakar, jeraminya dibakar jadi belalang arahnya ke kota sudah. Ini berarti rawan pangan sudah untuk Sumba Timur karena sebelumnya sudah ada hama tikus gitu dan petani banyak gagal panen untuk panen kali ini," papar Rooslinda.

Belalang kembara terbang ke arah kota hingga mengganggu bandara semata-mata karena mengikuti arah angin. Pemerintah Sumba Timur pun telah mengambil langkah penanganan dengan menyemprotkan 1 ton pestisida kimia di tengah malam dengan alasan tertentu.



"Karena tengah malam jam tidur (belalang kembara), mereka menetap sudah. Kalau siang kan mereka terbang, agak susah. (Penyemprotan pestisida) bisa lah mengurangi," paparnya.

Meski demikian, Rooslinda menyoroti langkah pemerintah Sumba Timur soal penyemprotan pestisida. Sebagai Seksi Ekonomi Gerakan Petani Nusantara untuk NTT, Rooslinda memandang langkah yang juga dilakukan pada tahun 1998-1999 tersebut justru akan menambah banyak hama belalang kembara.



"Menyemprot pestisida tapi menurut kami yang konsen di pertanian organik ya semakin dibasmi pestisida ya dia semakin banyak. Saya bagian seksi ekonomi di gerakan petani nusantara, kami petani organik," pungkasnya. (gbr/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads