"Dalam percakapan via telepon, mereka menekankan bahwa kesepakatan gencatan senjata yang dicapai kemarin (13/12) malam harus benar-benar diberlakukan dan pelanggaran terhadap kesepakatan itu harus dihentikan," tutur sumber kepresidenan Turki seperti dilansir AFP, Kamis (15/12/2016).
Juru bicara Kremlin atau Istana Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov menuturkan kepada kantor berita RIA Novosti, kedua kepala negara memang berbicara via telepon membahas Aleppo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Selasa (13/12), Turki, Rusia dan kelompok pemberontak Suriah menyepakati gencatan senjata untuk memungkinkan evakuasi warga sipil dan petempur oposisi dari Aleppo. Jika kesepakatan itu diberlakukan, maka akan menandai berakhirnya perlawanan oposisi di Aleppo selama bertahun-tahun dan kemenangan besar bagi rezim Presiden Bashar al-Assad, sekutu Rusia.
Namun kesepakatan itu terancam gagal setelah pengeboman dan serangan udara berlanjut di Aleppo pada Rabu (14/12) waktu setempat. Upaya evakuasi warga sipil pun tertunda. Ditambah, Iran yang juga sekutu Suriah, memberlakukan persyaratan baru soal evakuasi korban luka dari dua desa lain di luar kesepakatan.
Dalam percakapan via telepon itu, kedua presiden menegaskan kembali komitmen untuk mengevakuasi warga sipil ke koridor aman 'sesegera mungkin'.
Baca juga: Telepon Assad, Presiden Iran Ucapkan Selamat Atas Kemenangan Rezim di Aleppo
Menurut sumber kepresidenan Turki, Erdogan memberitahu Putin bahwa otoritas Turki siap melakukan segala macam langkah demi menjamin bantuan kemanusiaan dan perumahan sementara usai jalur evakuasi dibuka.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini