Sebanyak 29 orang terluka akibat ledakan bom di Chelsea, Manhattan, New York pada Sabtu (17/9/2016). Bom kedua ditemukan oleh polisi berjarak 4 blok dan berhasil dijinakkan.
Baca Juga: Suasana Kondusif, Perimeter Pemblokiran Jalan di New York Dipersempit
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang ketiga, serangan terjadi 1900 km ke arah barat tepatnya di Minnesota. Seorang pria keturunan Somalia-Amerika menusuk membabi buta di sebuah mal dan mengakibatkan 9 orang terluka. Pria tersebut ditembak mati oleh polisi.
Pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa motif ketiga serangan itu belum jelas. Tapi indikasi terorisme sudah disebut-sebut.
"Jika anda melihat jumlah insiden ini, anda bisa menyebutnya apa saja. Ini semua tetap saja terorisme," kata Gubernur New Jersey, Chris Christie yang merupakan anggota kampanye Donald Trump kepada CNN.
Baca Juga: Gubernur New York Pastikan Ledakan di Manhattan Akibat Bom
Sebelumnya, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan bahwa bom di New York jelas-jelas merupakan aksi terorisme. Namun, dia menyebut itu tak terkait jaringan internasional.
"Dengan kata lain, kami tidak menemukan hubungan dengan ISIS dan lain-lain," ujar Cuomo.
Belum ada klaim pertanggungjawaban atas teror di New York. Hal berbeda terjadi di Minnesota. ISIS menyebut pelaku penusukan di Minnesota adalah salah satu prajuritnya.
Agen FBI Rick Thornton mengkonfirmasi bahwa agen federal menyelidiki penusukan di Minnesota sebagai kemungkinan terorisme. Polisi mengatakan bahwa pelaku yang berusia 22 tahun bertanya kepada beberapa korban apakah mereka Muslim atau bukan dan menyebut 'Allah'.
Baca Juga: ISIS Klaim Jadi Dalang Serangan Penusukan di Minnesota AS
New York kini dalam kondisi waspada. Lebih dari 1.000 polisi tambahan berpatroli di bandara, terminal bus, dan stasiun kereta bawah tanah. Apalagi, Sidang Umum PBB akan diadakan di New York pada Senin (19/9).
"Kami tahu bahwa ini adalah insiden yang sangat serius. Tapi kita punya banyak hal untuk dilakukan sebelum bisa memastikan motif apa di balik serangan ini," kata Walikota New York, Bill de Blasio.
"Apakah ada motif politik, atau motif pribadi. Apa motifnya? Kami belum tahu," pungkasnya. (imk/imk)