Seperti dilansir media Inggris, Daily Star, Senin (27/6/2016), tidak sedikit warga yang tadinya mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa atau memilih 'Leave' atau keluar dalam referendum Brexit pada 23 Juni lalu, menyesali keputusan mereka. Kebanyakan dari mereka tak mengira Inggris akan benar-benar keluar dari Uni Rropa.
"Saya tidak berpikir ini akan benar terjadi. Suara saya -- saya pikir tidak akan terlalu berpengaruh besar karena saya pikir kita akan tetap tinggal (dalam Uni Eropa)," tutur salah satu warga Inggris bernama Adam, yang tinggal di Manchester.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Inggris Diyakini Tak Akan Pernah Resmikan Perceraian dengan Uni Eropa
Tercatat sebanyak 51,9 persen pemilih atau 17.410.742 orang mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa, sedangkan 48,1 persen pemilih atau 16.141.241 orang mendukung tetap bergabung.
Pemilih Inggris lainnya, Sandy Suthi, yang masuk golongan 51,9 persen tersebut, mengaku kecewa pada hasil referendum itu.
"Saya sangat kecewa dengan hasilnya, meskipun saya memilih 'keluar', pagi hari saya terbangun dan saya menyadari kenyataannya. Tapi jika saya memiliki kesempatan untuk memilih lagi, saya akan memilih 'tinggal'," ucap warga Inggris yang berstatus mahasiswa ini.
Baca juga: Presiden Komisi Eropa Minta Pembahasan Keluarnya Inggris Segera Dimulai
Pemilih Inggris lainnya menyebut, dirinya dan keluarganya memilih 'Leave' saat referendum 23 Juni dan sekarang mereka sekeluarga menyesali keputusan itu. "Pagi hari, kenyataan menyadarkan saya dan penyesalan muncul karena kita benar-benar meninggalkan Uni Eropa," ucap pemilih yang tidak menyebut namanya, kepada media lokal 5News.
Beberapa pemilih lainnya merasa 'dibohongi' oleh tim kampanye kubu 'Leave'. Pemimpin Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP) Nigel Farage, yang juga penggerak Brexit, sempat mengklaim, dana kontribusi untuk Uni Eropa sebesar 350 juta Poundsterling yang 'diselamatkan' oleh Brexit, akan dialirkan ke Layanan Kesehatan Nasional (NHS). Dalam acara Good Morning Britain usai hasil referendum diumumkan, Farage mengakui klaim itu sebagai kesalahan.
"Saya secara pribadi memilih 'keluar' dengan meyakini kebohongan-kebohongan itu dan saya menyesalinya lebih dari apapun, jujur saya merasa suara saya telah dirampok," cetus Khembe Gibbons dari Suffolk, yang berprofesi sebagai petugas penyelamat.
Fenomena soal penyesalan massal warga Inggris ini dijuluki sebagai 'Bregret' atau 'British regret' oleh media-media Inggris. Petisi menyerukan digelarnya referendum kedua soal keanggotaan Uni Eropa bahkan muncul dalam situs resmi parlemen dan pemerintah Inggris, sejak Jumat (24/6) malam. Hingga kini, petisi online itu telah meraup sekitar 2 juta tanda tangan warga Inggris.
Baca juga: 1 Juta Warga Inggris Tanda Tangani Petisi Serukan Referendum Kedua
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini