"Jika di Belgia, mereka terus makan cokelat, menikmati hidup dan berpawai sebagai kaum liberal dan demokrat yang hebat, namun tidak menyadari fakta bahwa beberapa warga muslimnya merencanakan aksi teror, mereka tidak akan mampu melawan teror," sindir Menteri Intelijen Israel, Yisrael Katz, kepada radio Israel dan dilansir AFP, Kamis (24/3/2016).
Tiga dari empat pelaku masuk ke terminal keberangkatan bandara Brussels, pada Selasa (22/3) pagi, dengan membawa bom tanpa terdeteksi. Dua pelaku di antaranya meledakkan diri di tengah ratusan penumpang yang hendak check-in di terminal tersebut. Satu pelaku lainnya kabur setelah meninggalkan bom di bandara dan masih diburu hingga kini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas Belgia tidak menanggapi langsung sindiran menteri Israel itu. Namun kritikan dari negara tetangganya, Prancis, memicu kemarahan Belgia. Menteri Keuangan Prancis, Michel Sapin, menuding otoritas Belgia naif karena tidak mencegah penyebaran ekstremisme Islam di wilayahnya.
"Saya pikir ada... kekurangan tekad, di kalangan beberapa otoritas (Belgia)... mungkin juga semacam kenaifan," sebut Sapin dalam komentarnya pada Selasa (22/3) waktu setempat.
"Mereka pikir untuk mendorong persatuan yang baik, masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri. Kita tahu... itu bukan jawaban yang benar. Ketika masyarakat dalam bahaya sektarian, kita seharusnya menerapkan kebijakan integrasi," imbuhnya kepada televisi Prancis, LCI.
Baca juga: Salah Abdeslam Ikut Rencanakan Serangan Bom Brussels?
Menanggapi kritikan Sapin itu, politikus Belgia membalas dengan menyebutnya tidak sopan. "Hal itu sangat tidak pantas ketika orang-orang tengah menderita, tengah terkejut. Kita butuh solidaritas, bukan ceramah," ucap politikus Sosialis Belgia, Laurette Onkelinx.
Secara terpisah, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls enggan terseret dalam adu argumen tersebut. "Tidak ingin menceramahi sahabat Belgia kita," ucapnya.
(nvc/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini