Ratusan Rumah Majapahit Dialihfungsikan Jadi Warung dan Toko

Ratusan Rumah Majapahit Dialihfungsikan Jadi Warung dan Toko

Enggran Eko Budianto - detikNews
Senin, 19 Okt 2015 14:48 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Pembangunan 296 Rumah Majapahit di tiga desa di Kecamatan Trowulan, Mojokerto baru merampungkan 137 unit. Sayangnya, pemanfaatan bangunan unik khas zaman Majapahit yang selesai dibangunan Maret lalu belum maksimal.

Tak sedikit bangunan yang sudah rampung justru digunakan warga untuk warung, toko, dan kios bensin. Seperti yang terlihat di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan. Sebanyak 94 rumah Majapahit selesai dibangun di desa ini.

Bangunan unik yang mengadopsi perumahan zaman Majapahit ini sedianya untuk menunjang sejumlah objek wisata sejarah di Desa Bejijong. Antara lain, Maha Vihara Majapahit, Makam Siti Inggil, Candi Brahu, dan Candi Gentong.

Wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata itu bisa mampir dan menginap di perkampungan Majapahit tersebut. Nyatanya, fungsi itu sampai kini belum berjalan maksimal. Sebagian bangunan unik itu justru digunakan warga untuk warung, toko, dan kios bensin. Tak sedikit pula yang pintunya tertutup rapat seperti rumah tak berpenghuni.

"Memang sejak awal sosialisasinya disuruh untuk usaha dagang, itu yang bilang panitia pembangunan rumah Majapahit," kata Warsito (55), salah seorang pemilik rumah Majapahit di RT/RW 2 Desa Bejijong kepada detikcom, Senin (19/10/2015).

Tak ayal, sejak selesai dibangun Maret lalu, suami Tiani (48) ini memanfaatkan bangunan rumah Majapahit yang berdiri persis di depan rumahnya itu untuk toko kelontong, kios bensin, dan artshop. Di bangunan berukuran 3x5 meter itu, Warsito memajang pelbagai kerajinan arca kuningan, gerabah, sembako, hingga rokok.

Lantaran terlanjur menjadi toko dan artshop, Warsito pun enggan untuk mengubah fungsi rumah Majapahit itu untuk homestay atau rumah singgah bagi wisatawan. Menurutnya, adanya rumah Majapahit itu membuat wisatawan ramai mampir ke artshop yang dikelola. Dagangannya pun laris-manis.

"Sejak ada bangunan ini (rumah Majapahit), banyak wisatawan yang mampir untuk foto-foto dan melihat dagangan saya. Jadi sudah terlanjur, mau ditaruh dimana dagangan saya kalau harus dipakai homestay. Harapan saya ya tetap untuk tempat usaha saja, kan masih banyak rumah yang lain," ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto, Didik Chusnul Yakin menjelaskan, di samping untuk menghidupkan kembali kebudayaan Majapahit di tengah-tengah masyarakat, pembangunan 296 rumah Majapahit juga untuk menunjang kunjungan wisatawan di Trowulan.

"Itu nanti bisa menjadi homestay bagi para wisatawan yang ingin menginap, menjadi objek wisata budaya, menjadi bagian dari sarana pendidikan, dan lain sebagainya," jelasnya.

Ditanya soal banyaknya rumah Majapahit yang digunakan untuk warung dan toko, Didik berdalih belum melakukan sosialisasi ke warga.

"Nanti memang ada program lanjutan setelah ini, sebagai contoh jika diproyeksikan sebagai homestay maka masih diperlukan edukasi bagaimana cara menerima tamu, pelayanan tamu, dan lain sebagainya. Itu akan kami lakukan setelah pekerjaan rampung semua," ungkapnya.

Menurut Didik, tahap pertama pembangunan rumah Majapahit yang dimulai awal 2015 telah merampungkan 137 unit. Bangunan unik yang menghabiskan anggaran patungan antara Pemprov Jatim dan Pemkab Mojokerto Rp 7,4 miliar itu tersebar di 3 desa di Kecamatan Trowulan. Rinciannya, 21 unit di Desa Jatipasar, 22 unit di Desa Sentonorejo, dan 94 unit di Desa Bejijong.

Saat ini, lanjut Didik, pembangunan tahap ke dua sebanyak 159 unit rumah Majapahit terus dikebut. Sebanyak 106 unit di Desa Bejijong, 29 unit di Desa Jatipasar, sedangkan 24 unit lainnya di Desa Sentonorejo.

"Anggaran tahap ke dua ini Rp 8,9 miliar, rinciannya Rp 7,4 miliar dari provinsi, Rp 1,5 miliar dari kabupaten. Kami targetkan selesai akhir tahun ini. Jadi secara total ada 296 rumah Majapahit yang kita bangun di Trowulan," pungkasnya.

Sama halnya dengan Desa Bejijong, keberadaan rumah-rumah Majapahit di Desa Jatipasar dan Sentonorejo juga untuk menunjang kunjungan wisatawan. Di Desa Jatipasar terdapat Candi Wringin Lawang yang dipercaya sebagai pintu masuk ke keraton Majapahit.

Sedangkan di Desa Sentonorejo terdapat sejumlah objek wisata situs peninggalan Majapahit. Diantaranya Candi Kedaton, Lantai Segi Enam, dan Sumur Upas. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.