Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Provinsi Riau menjadi perhatian bersama dari pemerintah pusat hingga daerah. Ratusan hektare lahan di hampir seluruh kota/kabupaten Provinsi Riau terbakar.
Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) menjadi salah satu wilayah terluas yang terdampak bencana kabut asap dan karhutla ini. Memasuki puncak musim kemarau ini, kebakaran meluas sejak sepekan terakhir. Namun, titik hotspot berhasil diturunkan dengan upaya kerja keras dan kolaborasi Satgas Karhutla.
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan dalam rakor yang digelar hybrid, Rabu (23/7/2025), menyampaikan menyampaikan arahan Presiden Prabowo Subianto bahwa penanganan Karhutla bukan sekadar tugas teknis, tapi soal menyelamatkan masa depan bangsa. Oleh karena itu presiden meminta seluruh jajaran, dari pusat hingga daerah, untuk bertindak cepat dan tegas.
"Presiden Bapak Prabowo Subianto bahwa penanganan kebakaran hutan dan lahan saat ini harus menjadi perhatian kita yang sangat serius dan menjadi komitmen kita bersama. Khususnya di Provinsi Riau yang situasinya meningkat dengan status tingkat darurat," kata Budi Gunawan saat itu.
Sejumlah menteri lain, seperti Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni juga memberikan perhatian yang sama dan melakukan koordinasi dengan Pemprov Riau, Polda Riau, hingga TNI untuk memastikan langkah-langkah yang dilakukan Satgas Karhutla berjalan dengan baik sesuai harapan.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahkan turun dan hadir di langsung di lokasi karhutla wilayah Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau, pada Kamis (24/5) kemarin. Seusai melakukan pemantauan udara, Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan adanya penurunan drastis titik hotspot karhutla.
Jenderal Sigit menyampaikan adanya fluktuasi terkait karhutla yang terjadi selama sepekan terakhir. Akan tetapi, berkat kerja sama kolaborasi Satgas Karhutla ini titik hotspot yang ada menurun drastis.
"Di mana tanggal 20 Juli 2025 terjadi peningkatan hotspot 586 titik, namun kemudian karena langkah-langkah tim yang tergabung dalam Satgas Karhutla, titik hotspot turun jadi 144 titik," kata Jenderal Sigit di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, Kamis (24/7).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto memastikan bahwa bencana karhutla yang terjadi di Riau ini diakibatkan karena ulah manusia, bukan karena faktor cuaca. Kepolisian Daerah (Polda) Riau sendiri secara konsisten melakukan upaya penegakan hukum terhadap para pelaku karhutla ini dengan menjerat puluhan tersangka.
Sebagai informasi, upaya yang dilakukan Polda Riau dalam mengantisipasi karhutla ini bukan pada saat terjadinya karhutla saja. Akan tetapi, beberapa bulan sebelumnya, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan telah memulainya dengan merancang strategi dari upaya preemtif, preventif, hingga penegakan hukum yang berkeadilan, disamping tentunya pengerahan pasukan sebagai garda terdepan dalam memadamkan karhutla yang saat ini sedang melanda sejumlah kota dan kabupaten di Riau. Strategi ini juga telah dipaparkan oleh Dirkrimum Polda Riau Kombes Asep Darmawan saat menerima kunjungan Kapolri Jenderal Sigit ke Riau, pada Kamis (24/7).
Green Policing dan Ekosipasi
Selain upaya penegakan hukum dan pemadaman yang saat ini masih terus dilakukan, jauh sebelumnya Polda Riau telah melakukan upaya mitigasi dini dengan menggencarkan edukasi dan kampanye di berbagai lapisan masyarakat.
Tak lama setelah menerima tongkat komando pada pertengahan Maret 2025 lalu, Kapolda Riau Irjen Herry langsung memimpin apel pasukan kesiapsiagaan penanggulangan bencana karhutla bersama Pemprov Riau. Ribuan personel pasukan hingga peralatan digelar untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi karhutla.
Sejalan dengan itu, Irjen Herry Heryawan juga mulai memperkenalkan konsep Green Policing yang menjadi wajah baru Polda Riau. Program ini muncul atas inisiatif Irjen Herry Heryawan yang melihat bahwa salah satu persoalan utama di Provinsi Riau yang masih menjadi momok adalah karhutla.
Dengan semangat 'Melindungi Tuah, Menjaga Marwah', Irjen Herry Heryawan mengajak masyarakat untuk berperan aktif menjaga lingkungan agar citra Provinsi Riau terbebas dari stigma negatif sebagai 'pengekspor asap'. Dimulai dari gerakan sederhana yaitu penanaman pohon, Irjen Herry Heryawan turun langsung bertemu dengan masyarakat dan membagikan pohon.
Penanaman pohon ini menjadi sebuah habit baru, khususnya di lingkungan Polda Riau. Pemberian pohon kepada setiap anggota yang berulang tahun menjadi simbol Polda Riau dalam mengimplementasikan konsep Green Policing, sebuah konsep pemolisian yang berbasis pendekatan terhadap lingkungan.
Konsep ini diperkenalkan oleh jenderal bintang dua itu di sejumlah kampus di Provinsi Riau dalam kuliah umum maupun orasi ilmiah. Terbaru, Irjen Herry Heryawan menyampaikan orasi ilmiahnya di depan ratusan wisudawan Universitas Islam Negeri Sultan Syarief Kasim (UIN Susak), Pekanbaru, Riau.
"Saya sangat menanti, para wisudawan yang berada dalam ruangan ini di kemudian hari dapat menciptakan teknologi yang dapat memastikan tidak ada lagi Karhutla seperti yang terjadi di Provinsi Riau saat ini," kata Irjen Herry Heryawan, di Pekanbaru, Kamis (24/7).
Pada kesempatan itu, Irjen Herry Heryawan juga memperkenalkan konsep ekosipasi-sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Prof Robertus Robet-yang menggambarkan emansipasi ekologis.
"Mengapa emansipasi? Karena selama ini relasi kita dengan alam bersifat eksploitatif, bukan kolaboratif. Alam diposisikan sebagai obyek yang bisa diambil dan dibuang. Kita melihat hutan sebagai komoditas, bukan komunitas kehidupan," paparnya.
Ekosipasi menuntut perubahan relasi kuasa antara manusia dan alam. Sehingga konsekuensinya kita harus beralih dari paradigma antroposentris ke paradigma yang ekosentris.
(mei/imk)