Ketua DPP PDIP Said Abdullah berharap Ketua Umum Megawati Soekarnoputri bisa mengusung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk Pilkada Jakarta. Ia menilai Ahok masih layak dipertimbangkan, apalagi setelah namanya menempel Anies Baswedan di survei elektabilitas Pilgub Jakarta versi Litbang Kompas, Selasa (16/7).
Survei yang dilakukan pada 15-20 Juni itu, elektabilitas Anies Baswedan 29,8%, Ahok (20,0%), dan Ridwan Kamil (RK) 8,5%. Dengan selisih tersebut, Said yang menjadi wakil rakyat di Senayan sejak periode 2004-2009, dan baru terpilih kembali dengan suara tertinggi nasional (528.815 suara) optimistis Ahok dapat mengungguli Anies.
Di pihak lain, Partai Golkar dikabarkan mengubah taktik seiring survei Litbang Kompas tersebut. Bila sebelumnya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyodorkan nama Jusuf Hamka alias Babah Alun sebagai bakal calon wagub Jakarta untuk mendampingi Kaesang Pangarep, statusnya ditambah atau ditingkatkan. Jusuf direstui juga untuk menjadi calon gubernur sekaligus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perubahan tersebut sepertinya terkait erat dengan respons dingin Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebab secara objektif, nama Kaesang sama sekali tak laku di Jakarta. Elektabilitasnya cuma 1%, menurut Litbang Kompas. Sedangkan di Jawa Tengah, masih merujuk survei yang sama, memang tertinggi dengan angka 7%. Diikuti Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi (6,8%) dan Taj Yasin Maimoen (3,2%). Elektabilitas tersebut berbeda jauh dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 10-17 Juni 2024, Kaesang meraih 22,8%, Luthfi (18,7%), dan Taj Yasin (12,7%).
Namun seorang petinggi Golkar berdalih perubahan penugasan untuk Jusuf Hamka karena mempertimbangkan aspirasi para pengurus di daerah. Mereka tak rela tokoh sekaliber dia cuma jadi wakil. Apalagi, meskipun cuma disodorkan sebagai bakal calon wakil, pengusaha jalan tol itu malah langsung memaparkan sejumlah programnya untuk membangun dan membenahi Jakarta.
Pengusaha jalan tol itu pernah berkali-kali menyatakan ogah jadi pejabat birokrasi. Jangankan jadi wagub atau gubernur, andai diminta menjadi menteri sekalipun dia akan menampiknya. Namun sekarang dia mengaku tak bisa mengelak dari penugasan partai.
Kepada para wartawan, dia malah dengan penuh semangat memaparkan program-program sedemikian komprehensif. Padahal seharusnya yang memaparkan program itu ya calon gubernurnya, bukan calon wakil. "Jadi, kenapa nggak sekalian aja dijadikan calon gubernur!" imbuh si petinggi Golkar yang tak mau disebut namanya.
Penugasan resmi kepada Jusuf Hamka sebagai calon wakil gubernur maupun gubernur di Jakarta disampaikan Sekjen Lodewijk F. Paulus pada Kamis (18/7/) sore di Slipi. Tentu sah saja Golkar memasang call tinggi. Namun secara objektif raihan kursi Golkar di DKI masih kalah dari PDIP. Saat ini Golkar cuma punya 6 kursi, meskipun hasil Pemilu 2024 jumlahnya meningkat jadi 10 kursi. Sementara PDIP punya 25 kursi, sekalipun hasil pemilu 2024 merosot jadi 15 kursi. Toh begitu, jumlah tersebut masih lebih banyak dari Golkar.
Belum lagi soal soal elektabilitas si Babah Alun. Survei internal memang diklaim namanya selalu masuk enam besar, tapi lembaga-lembaga yang biasa melakukan survei sejauh ini belum ada yang menyebut nama lelaki kelahiran 5 Desember 1957 itu. Tentu bukan mustahil bila survei dilakukan setelah namanya disodorkan Airlangga pekan lalu, elektabilitasnya bakal mampu bersaing dengan tiga nama besar: Anies, Ahok, dan RK. Apa dasarnya?
Membangun Reputasi
Jusuf Hamka sejatinya telah membangun reputasi dan citra sejak bertahun lalu. Meski sudah bersyahadat sejak 1981, dia masih disebut sebagai mualaf. Tiga tahun kemudian Jusuf melengkapi dirinya sebagai muslim dengan menunaikan rukun islam kelima, berhaji.
Sebagai pengusaha kaya raya dan mengoleksi sejumlah mobil mewah, dia mengimbanginya dengan kerap berderma ke masyarakat lapisan bawah. Membangun masjid di beberapa lokasi, berbagi inspirasi dan motivasi lewat media sosial, dan sejak pertengahan 2023 menjadi Bendahara PBNU.
Jusuf juga diketahui punya hubungan yang baik dengan kelompok-kelompok muslim yang kritis kepada pemerintah seperti FPI maupun HTI. Pada 8 Juni lalu, misalnya, dia dan putranya bertandang ke kediaman Rizieq Shihab. Bahkan pada 2016, Jusuf pernah memberikan penghargaan kepada Rizieq sebagai 'Man of The Year' karena dinilai sukses menggelar aksi di Monas dengan damai. Sekalipun setelahnya dia harus berurusan dengan polisi.
Di sisi lain, Jusuf juga punya hubungan spesial dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Ketika Prabowo menjadi Danjen Kopassus dan punya misi mendaki Mount Everest pada 1996, Jusuf menjadi salah satu sponsornya. Pada 4 Juli 2023, Prabowo sebagi Menteri Pertahanan mengundang Jusuf ke kantornya untuk bernostalgia.
Atas dasar itu, lewat lobi-lobi tertentu bukan mustahil Gerindra bakal turut menyokong Jusuf. Sebab kader Gerindra, Ahmad Riza Patria, yang pernah mendampingi Anies sebagai wakil gubernur malah dimajukan sebagai calon Wali Kota Tangerang Selatan.
Sampai batas ini kiranya tak berlebihan bila kita membayangkan Ahok yang punya reputasi dan rekam jejak mumpuni selama memimpin DKI sebelumnya, didampingi oleh Jusuf Hamka alias Abah Alun yang juga punya reputasi baik sebagai pengusaha. Keduanya berdarah Tionghoa dan komitmennya terhadap NKRI tak perlu diragukan lagi. Andai kelak benar terwujud, tentu nama duetnya harus diubah dari Kabah (Kaesang - Babah) ke Abah (Ahok - Babah).
Sudrajat wartawan detikcom; tulisan ini pendapat pribadi
Simak juga 'Saat NasDem soal Peluang Ahok Lawan Anies di Pilgub Jakarta: Sudah Tau Hasilnya':