Kolom

Transformasi Digital BSI Permudah Urusan Finansial Sekaligus Spiritual

Ati Kurnia - detikNews
Jumat, 23 Des 2022 11:39 WIB
Foto: Shutterstock
Jakarta -

"Kami tidak melakukan kesalahan apapun, tapi entah bagaimana kami gagal, kami kalah," itulah pernyataan terakhir CEO Nokia Stephen Elop saat konferensi pers pengumuman akuisisi Nokia oleh Microsoft beberapa tahun lalu.

Sepertinya pernyataan ini membuat banyak orang tersadar. Jika ingin bertahan dan tak kalah dengan sesuatu yang baru dan tak terduga, maka harus siap dan cepat berubah mengikuti perkembangan zaman.

Tak cuma untuk perusahaan teknologi, ini juga berlaku untuk perbankan, termasuk perbankan syariah. Dalam peta jalan atau Roadmap Pegembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025 yang diterbitkan OJK, disebutkan jika bank syariah harus mengimbangi cepatnya perkembangan teknologi. Misalnya dengan mengembangkan infrastruktur teknologi demi bisa melayani nasabah dengan cepat, nyaman dan baik.

"Digitalisasi produk dan layanan untuk mendukung pelayanan dan operasional perbankan syariah dapat menjadi nilai tambah bagi nasabah dalam berinteraksi dengan perbankan syariah," tulis Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025.

Tak cuma itu, digitalisasi layanan perbankan syariah ini juga bisa menjadi cara mendorong inklusi pada perbankan syariah. Mulai dari pembukaan rekening online dan menggunakan e-form. Lalu bank syariah harus mampu mewujudkan keinginan nasabah agar bisa transaksi di mana saja dan kapan saja dengan pengembangan teknologi Application Programming Interface dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Hal ini perlu dilakukan demi menjaga daya saing perbankan syariah di era new normal pascapandemi.

Ahli Ekonomi Syariah Institute Pertanian Bogor (IPB) Irfan Syauqi Beik mengungkapkan memang transformasi digital di bank syariah merupakan agenda yang sangat penting dan wajib menjadi prioritas utama. Ada dua alasan bank syariah harus transformasi digital. Ini demi mendukung efisiensi operasional dan kualitas manajerial bank syariah, baik dari sisi manajemen operasional dan risiko, kegiatan funding sampai pembiayaan.

Alasan selanjutnya, menurut Irfan adalah untuk menjaga relevansi bank syariah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Digitalisasi ini adalah alat untuk memudahkan masyarakat.

"Apalagi gaya hidup digital sekarang semakin berkembang. Menjaga relevansi ini penting supaya keterikatan masyarakat terhadap bank syariah semakin kuat," ujar dia saat dihubungi.

Saat ini perbankan syariah juga terus dalam tren pertumbuhan. Contohnya dari sisi aset, dikutip dari Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juli aset perbankan syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (BUS) mencapai Rp 703,16 triliun angka ini tumbuh 34,04% sejak 2019 yang sebesar Rp 524,56 triliun.

Namun untuk jumlah kantor BUS dan UUS pada periode Juli 2022 mencapai 2.256 unit. Angka ini terus berkurang sejak tahun 2019 yang mencapai 2.300 kantor. Sedangkan untuk total ATM BUS dan UUS per Juli 2022 tercatat 4.172 unit. Naik 38,92% sejak periode 2019 yang sebanyak 3.003 unit.

Menurut dia, hal ini mencerminkan teknologi terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Jika dulunya orang lebih merasa aman dan nyaman bertransaksi di kantor cabang. kini orang cukup bertransaksi melalui layanan e-channel. Sehingga kantor cabang terus mengalami penurunan jumlah dan digantikan oleh teknologi.

"Karena itu inovasi perlu dilakukan. Jadi jangan sampai teknologi yang digunakan kehilangan relevansi dengan kebutuhan masyarakat yang juga terus berkembang," jelasnya.

Menurut Irfan saat ini PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) merupakan bank yang sudah di jalur yang tepat dalam hal digitalisasi. Hal ini terlihat dari kualitas teknologi yang dikembangkan. Seperti mobile banking yang bernama BSI Mobile.

Dia menambahkan, BSI sebagai bank syariah juga perlu terus berinovasi. Umpan balik dari nasabah harus terus dieksplorasi.

"Hal ini agar teknologi digital BSI menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat," jelasnya.

Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI terus berubah berubah untuk meningkatkan kepuasan nasabah. BSI juga menyediakan berbagai solusi digital di tengah cepatnya perubahan kebiasaan masyarakat, terutama di masa pandemi COVID-19.

BSI memiliki layanan dalam genggaman ponsel pintar, yaitu BSI Mobile yang memberikan pengalaman untuk nasabah yang ingin bertransaksi keuangan, aplikasi ini juga bisa menjadi sobat finansial, sobat sosial, dan sobat spiritual.

Ya spiritual. Hal ini karena BSI memiliki berbagai fitur untuk memudahkan ibadah nasabah. Melalui fitur zakat, infaq, sodaqoh, waktu salat, juz amma, lokasi masjid sampai arah kiblat. BSI juga memiliki layanan pembukaan rekening secara online, jadi hanya melalui aplikasi, isi ulang dompet elektronik, pembiayaan multiguna online bagi ASN sampai layanan emas.

Paling baru, rekening BSI bisa dibuka melalui aplikasi Grab. Kolaborasi dengan Grab ini adalah salah satu jurus BSI untuk percepatan penetrasi digital banking pada generasi milenial. Ada beragam fitur lainnya di dalam BSI Mobile yang bisa membuat nasabah semakin mudah bertransaksi dengan bank syariah.

Bank yang pernah menyabet penghargaan Best Islamic Bank versi Asiamoney ini terus melakukan transformasi dan efisiensi di internal serta mencermati perkembangan ekonomi di dalam negeri dan global.

"Agar kami dapat melakukan antisipasi terus mendorong pertumbuhan kinerja BSI yang sehat dan berkelanjutan," ujar Direktur Utama BSI Hery Gunardi saat paparan kinerja kuartal III 2022.

Menurut Hery sehatnya perseroan ditopang oleh pembangunan Islamic Ecosystem yang konsisten. Tak cuma itu, efisiensi yang berhasil diraih BSI tak lepas dari peran transformasi digital yang dilakukan.

Hery menyebut saat ini masyarakat memiliki kebiasaan yang sangat berbeda dengan beberapa tahun ke belakang. Banyak orang yang lebih suka menggunakan layanan e-channel seperti BSI Mobile, ATM hingga internet banking.

Hingga kuartal III 2022 jumlah pengguna BSI Mobile mencapai 4,44 juta user. Melesat 43% secara tahunan. Heri menyebut 97% nasabah BSI menggunakan e-channel untuk transaksi. Tercermin dari transaksi kumulatif BSI Mobile per September yang mencapai 187,20 juta transaksi. Ini menyumbang fee based income sebesar Rp 173 miliar.

Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono mengungkapkan sebagai bank syariah terbesar, BSI terus memperkuat layanan digital.

"Terutama mobile banking yang terus diperkuat, menuju Super Apps dan juga terintegrasi mobile banking serta ekosistem bisnis BSI baik e-commerce maupun fintech," jelas dia.

Sebagai hasil merger 3 bank syariah besar, BSI masih akan menghadapi berbagai tantangan. Misalnya pertumbuhan organik yang diraih melalui business model yang teruji dan tahan krisis. Baik melalui fokus pada segmen nasabah tertentu atau pada sektor usaha tertentu.

Ati Kurnia, Jurnalis Telegraf.co.id




(ega/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork