Mengobarkan Semangat Tolong-Menolong

Sudirman Said - detikNews
Selasa, 13 Jul 2021 15:21 WIB
Sudirman Said, Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (Muhammad Ridho/detikcom)
Jakarta -

Tuhan Maha Kuasa, Maha Adil dan Bijaksana. Hari-hari belakangan ini, seluruh grup WhatsApp (WA) di mana kita bergabung, memang sedang dirundung kabar duka. Banyak di antara sahabat dan handai taulan yang positif terjangkit virus COVID-19, bahkan sebagian dari mereka harus mendahului kita menghadap Sang Pencipta.

Sulit mencari rumah sakit, yang di rumah sakit banyak yang tak bisa mendapat ruang perawaran intensif (ICU). Obat-obatan dan oksigen susah didapat karena tingginya kebutuhan. Tetapi pada saat yang sama, kita juga dapat merasakan menguatnya semangat saling bantu antarsanak saudara, teman sekantor, komunitas satu almamater, atau kekerabatan sekampung halaman. Adalah hal yang patut kita syukuri, ternyata dahsyatnya tingkat penyebaran wabah Corona, diimbangi dengan derasnya uluran tangan kedermawanan untuk membantu sesama.

Ketika tulisan ini dibuat, tiba-tiba muncul pesan WA: "Alhamdulillah, kekurangan oksigen di sekitar wilayah A sudah diatasi. Ada dermawan yang mencarikan tabung dan membagikannya ke warga". Beberapa menit kemudian masuk lagi pesan: "Perusahaan XYV akan menyumbang telor dan ayam untuk dapur umum isolasi mandiri di daerah A".

Atau semalam, pesan WA datang dari seorang teman yang sedang aktif menggalang sumbangan tenda untuk dijadikan tempat isolasi mandiri bagi warga yang tinggal di pemukiman padat: "Bro... Alhamdulillah sudah dapat komitmen 150 tenda". Tenda ini berukuran 12 x 6 meter, yang biasa digunakan untuk menampung pengungsi bila terjadi bencana. Pesan-pesan partisipasi ini terus berdatangan, sejak beberapa hari ini, merespon gerakan "Pulih Bersama" yang digagas oleh beberapa aktivis kemanusiaan, korporasi, dan organisasi sosial. Gerakan ini terutama ingin membantu warga masyarakat yang terkena COVID-19 untuk sebisa-bisanya melakukan isolasi mandiri, agar tidak menambah beban rumah sakit dan tenaga kesehatan yang memang sudah sangat berat sekarang ini.

Festival Saling Tolong

Bila cerita besarnya semangat partisipasi ini dilanjutkan, daftarnya semakin panjang, dan jenisnya makin beragam. Melalui ruang percakapan yang mengorganisir gerakan "Pulih Bersama", kita merasakan suatu "festival" saling bantu sesama yang sangat mengharukan. Dalam suatu diskusi virtual yang sebagian besar hadirinnya tidak saling mengenal, dan tidak pernah saling ketemu fisik, muncul berbagai ide spontan.

Ada yang mengacungkan tangan bersedia mengurus infrastruktur dan pendirian tenda-tenda pada waktunya. "Konglomerat" amal jariyah yang "holdingnya" bernama "SONJO" yang digawangi oleh akademisi cerdas dari Universitas Gajah Mada Dr. Rimawan Pradipto memberi tutorial berbagai aspek pengelolaan shelter. Ernie Widianti, seorang dokter memposting informasi tentang pabrik tempat tidur terbuat dari karton (cardboard bed). Mas Abdul Azis, Kepala Markas Pusat PMI, melaporkan hasil gerilyanya bertemu beberapa ketua RT dan RW untuk memulai pembangunan shelter. Para Ketua RT dan Ketua RT yang ditemui ternyata menyambut dengan antusias dan akan memberikan dukungan penuh.

Seorang eksekutif BUMD menginformasikan kesiapan lahan terbuka siap dibangun tenda-tenda untuk shelter isolasi mandiri, di kompleks Taman Impian Jaya Ancol. Manajemen perusahaan taksi Blue Bird membuka layanan khusus antar jemput pasien COVID-19. Tidak berhenti sampai di situ, Blue Bird juga akan memberikan layanan gratis (!!) antar jemput donor plasma konvalesen.

Ada lagi yang tidak kalah seru, pemilik klub sepakbola Persita Tangerang menyediakan stadion dan asrama pemainnya untuk menyelenggarakan vaksinasi. "Pak, Wisma Atlet Persita juga bisa dijadikan tempat isolasi mandiri, kalau diperlukan", kata CEO nya. Peserta diskusi lainnya, memposting domain Psikologimu, layanan psikologi online yang dapat memberikan dukungan mengelola aspek psikososial penderita COVID-19. Ada juga Mas Deddy Suharto, pegawai negeri di Kementerian Keuangan berbagi pengalaman dengan menjelaskan isi buku kecil yang ditulisnya berjudul: "10 Jurus Sembuh dari Covid-19 dengan Bahagia". Asta Dewanti, seorang psikolog menggerakkan rekan-rekannya untuk memberikan layanan gratisnya dengan branding sangat menarik "Sini Peluk Dulu".

Mas Regi Wahyu, seorang entrepreneur melaporkan hasil pulang kampung virtual, bertemu ayahnya yang mengelola sebuah Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) di Tasikmalaya. Ayah Mas Regi tidak saja antusias akan menggerakkan mahasiwanya sebagai tenaga kesehatan mendukung gerakan ini, tetapi juga akan menghubungi lembaga-lembaga pendidikan bidang kesehatan untuk bergabung dalam inisiatif mulia ini. Rasanya kalau semua iuran kebaikan itu dituangkan dalam tulisan ini, daftarnya akan semakin panjang.

*****

Melawan Ego

Sejak wabah COVID-19 merebak di awal tahun 2020, PMI telah menjalankan operasi merespons bencana nonalam ini. Upaya pencegahan menjadi fokus PMI: mulai dari kampanye pencegahan, edukasi publik, pembagian masker dan alat pembersih, penyemprotan disinfektasi, dan penyelenggaraan donor plasma dari penyintas kepada pasien COVID untuk mempercepat penyembuhan.

Meskipun ada pandangan-pandangan yang mempertanyakan efektivitas penyemprotan cairan disinfektasi dan metode donor plasma konvalesen, PMI tetap memandang apapun ikhtiar yang masuk akal, harus dilakukan. Mengingat wabah yang semasif ini memang sesuatu yang benar-benar tidak pernah kita alami, dan karenanya semua usaha mengatasinya merupakan hal baru.

Selama 16 bulan, operasi penanggulangan COVID-19 yang dikelola PMI didukung oleh banyak pihak; mulai dari Pemerintah, dunia usaha, lembaga-lembaga sosial kemanusiaan, para profesional bidang kesehatan dan kesehatan masyarakat, sampai dengan influencers media sosial. Dukungan masyarakat sangat membesakan hati.

Hampir setiap hari PMI menerima sumbangan berbagai bentuk, dari mulai dana, masker, ventilator, sabun, alat-alat kesehatan sampai vitamin dan obat-obatan. Keragaman yang menyumbang juga memberi bukti bahwa semangat saling bantu cukup merata. Para guru, siswa, mahasiswa, asosiasi karyawan, serikat pekerja, warga Indonesia di perantauan, ikatan alumni berbagai sekolah dan perguruan tinggi, sampai asosiasi pedagang ikan cupang.

Cerita-cerita di atas menjadi bukti betapa hebatnya solidaritas sosial masyarakat kita. Luar biasa! Mereka tak sempat saling mengenalkan diri, atau saling bertanya asal muasal dari mana. Tak juga merasakan jarak psikologis, meskipun latar belakang ras, suku, agama, maupun profesi mereka berbeda beda.

Semua larut dalam antusiasme ingin berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Suasana batin yang terbangun adalah semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, untuk melayani sesama, untuk menyelamatkan jiwa. Inilah jawaban mengapa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir selalu masuk peringkat teratas sebagai negara yang masyarakatnya paling dermawan.

Publikasi World Giving Index (WGI) menjelaskan bahwa dalam keadaan sulit menghadapi COVID-19 sekalipun, kedermawanan masyarakat Indonesia justru semakin meningkat. Dilaporkan bahwa 8 dari 10 orang Indonesia memberikan dermanya kepada sesama.

Kita membayangkan saat ini ada ratusan, bahkan mungkin ribuan komunitas yang mengambil berbagai inisiatif untuk saling bantu. Boleh jadi semangat itu terbangun karena kesediaan mereka memarginalkan diri, melepas ego yang sering menjadi penghalang kebaikan dan ketulusan. Dengan melepas ego, maka kita akan terbebas dari belenggu keakuan yang sering kali menggembosi daya spontanitas, kreativitas, dan kegigihan.

Kerja besar menyelamatkan 270 juta jiwa warga Indonesia, memerlukan kolaborasi, kordinasi, dan pengorganisasian kolosal. Tidaklah mungkin kerja kolosal itu berjalan maksimal bila yang bertempur adalah ego personal, ego kelompok, ego institusi, atau ego identitas asal muasal. Kolaborasi memerlukan saling percaya, koordinasi memerlukan kerendahan hati.

Menggerakkan seluruh potensi bangsa memerlukan laku kepemimpinan kolektif, ditopang oleh kapasitas manajerial yang efektif. Alangkah indahnya bila para pemimpin di semua lapisan, di semua elemen, di semua sektor, dapat membenamkan egonya. Kerja kolosal ini akan berhasil bila seluruh pemimpin berlomba-lomba mengobarkan semangat tolong-menolong antarwarga. Dalam semangat tolong-menolong inilah, derap langkah bangsa, untuk terus bahu-membahu menyelamatkan jiwa sesama, niscaya akan beroleh hasil nyata.


Cilangkap, 11 Juli 2021
*) Sudirman Said, Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia

Simak juga 'PMI Solo Berduka, Hari Ini 1 Nakes Gugur dalam Keadaan Hamil':






(jbr/fjp)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork