Kehidupan Berbangsa dan Kehidupan Beragama
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Meluruskan Makna Jihad (18)

Kehidupan Berbangsa dan Kehidupan Beragama

Senin, 27 Jan 2020 17:46 WIB
Nasaruddin Umar
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA (Ilustrasi: M. Fakhry Arrizal/detikcom)
Jakarta -

Menengok kembali Gallup's World Poll, sebuah lembaga survei internasional yang sangat terkenal di AS, yang pada 2007 membuat laporan yang kemudian dibukukan oleh John L. Esposito dan Dalia Mogahed berjudul Who Speaks for Islam? Yang artinya kira-kira ialah siapa yang berhak berbicara atas nama Islam? Buku ini menampilkan sejumlah data yang menarik untuk diperhatikan. Di antara isi buku ini ialah bagaimana membaca Islam's silenced majority, siapa yang sesungguhnya yang disebut umat Islam, mengapa di antara mereka radikal, apakah mereka memperjuangkan demokrasi atau teokrasi, dan apakah yang terjadi benturan atau keberadaan ganda?

Dengan mengambil sampel 35 negara mayoritas muslim dengan puluhan ribu responden secara acak dan dengan metodologi khusus, survei ini mengumpulkan suara mainstream muslim dalam menanggapi persoalan aktual, khususnya dilema eksternal dunia Islam. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok silent majority, yakni kelompok mainsream, lebih mengharapkan kehidupan masa depan yang lebih tenang, terutama untuk mendapatkan job/pekerjaan yang layak. Disusul kemudian dengan suasana demokratis dan dengan tetap mengharapkan agama menjadi nilai-nilai sosial yang hidup.

Yang menarik dari poll ini, kelompok mainstream mengharapkan ulama lebih fokus membimbing umat, tidak perlu terlibat langsung dalam dunia politik, meskipun pada satu sisi pemimpin pemerintahan diharapkan mengedepankan moral dan etika agama. Jihad dalam Islam agar diarahkan kepada hal-hal yang konstruktif, tidak setuju dengan cara-cara kekerasan apalagi teroris. Jika harus terjadi perang jangan sampai penduduk sipil jadi korban. Kaum perempuan muslim mengharapkan kesetaraan gender. Dunia Barat agar lebih membuka diri dan respek terhadap dunia Islam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Indonesia sendiri, meskipun belum ada data kuantitatif terbaru tetapi mempunyai indikasi dan kecenderungan yang sama. Mereka menghendaki kehidupan berbangsa paralel dengan kehidupan beragama. Tidak lagi banyak mempersoalkan Islam dijadikan dasar negara atau tidak, yang penting ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat terpelihara.

Hasil pemilu legislatif yang baru lalu membuktikan bahwa partai-partai politik Islam kenyataannya tidak lagi dijadikan alternatif utama oleh umat Islam. Partai nasionalis tetapi menjanjikan kestabilan dan peningkatan kesejahteraan lebih diminati umat Islam. Ini semua menjadi isyarat meningkatnya kesadaran beragama dan berbangsa mainstream muslim. Mereka tidak lagi gampang dibakar emosinya oleh siapapun. Cara-cara pemaksaan kehendak pada saatnya akan ditinggalkan oleh mainstream muslim.

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

ADVERTISEMENT

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads