Namun hal itu tak menyurutkan warga untuk menghentikan tradisi yang digelar tiap tahun. Langit bumi reog terlihat meriah, puluhan balon udara warna-warni tampak berhasil mengudara. Setidaknya ada 70 balon beterbangan di lapangan Jepun, Desa Bajang, Kecamatan Balong.
Acara yang dihelat Kementerian Perhubungan Dirjen Perhubungan Udara ini sudah dua kali digelar. Tahun 2017 lalu sukses digelar dan tahun ini kembali digelar.
Pantauan detikcom, para peserta terlihat berdatangan di lapangan sekitar pukul 06.00 WIB. Setibanya di tempat yang disediakan, para peserta langsung mempersiapkan balon udara dan peralatan lain seperti obor dan pelepah daun kelapa kering.
Usai menyalakan api, para peserta langsung meletakkan mulut balon dengan udara panas dari obor. Semakin lama balon pun tampak mengudara karena terisi udara panas. Tak lupa para peserta pun memegang tali kendali supaya balon tidak terbang.
Salah satu peserta festival balon, Sarni mengatakan dia bersama 8 anggotanya sudah mempersiapkan balon sejak 2 hari lalu.
"Dari Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, kami mendaftarkan 5 balon. Kami mengambil tema reog dengan tema cintailah Reog Ponorogo," tutur Sarni kepada detikcom di lokasi, Kamis (21/6/2018).
Sarni mengaku saat membuat balon tidak mengalami kesulitan. Namun harus telaten saat memotong plastik dan merangkainya menjadi balon udara.
"Harapannya semoga bisa dapat juara dan festival ini diadakan setiap tahun sebagai bentuk nguri-uri (menghidupkan,red) kebudayaan Jawa," terang dia.
Sementara Otoritas Bandar Udara III Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Nafhan Syahroni menambahkan Ponorogo memang memiliki kebiasaan menerbangkan balon secara bebas dan jumlahnya pun cukup banyak. Adanya balon udara tanpa kendali ini dinilai sering mengganggu penerbangan.
![]() |
"Karena balon itu bisa tertabrak dan menutup kokpit ataupun terkena mesin baling-baling," jelas dia.
Nafhan menerangkan dengan adanya festival seperti ini sebagai salah satu bentuk edukasi kepada masyarakat bahwa pelepasan balon raksasa bebas bisa sangat membahayakan penerbangan.
"Kalau di festival ini kan balon udaranya ditambatkan, jadi mencegah balon liar mengganggu penerbangan," ujar dia.
Sementara General Manager Airnav cabang Surabaya Mokhammad Khatim menjelaskan tahun 2018 ini sudah ada 120 laporan masuk terkait balon udara.
"Hari pertama saat lebaran ada 71 balon yang terlepas, paling banyak dari Ponorogo. Karena tradisi menerbangkan balon ada di sini, untuk wilayah Jatim," tukas dia.
Khatim pun mengingatkan masyarakat untuk mengikat balon saat hendak diterbangkan. "Sama burung saja pilot takut, apalagi balon raksasa seperti ini. Bisa membahayakan penerbangan apalagi Jawa ini padat jadwal penerbangannya," tegas dia.
Khatim menambahkan masih banyak masyarakat terutama daerah pinggiran yang belum paham terkait bahayanya menerbangkan balon secara liar. "Kami bakal menggelar sosialisasi, rencananya pelaksaaan festival balon ke depan bisa beberapa titik di Ponorogo," imbuh dia.
Sementara Kapolres Ponorogo AKBP Radiant menambahkan sejak hari raya pertama pada Jumat (15/6) lalu, dia bersama Kodim 0802, TNI AU, Polsek Jajaran dan Koramil jajaran menggelar patroli dan razia balon udara.
"Hasilnya ada 105 balon dan 90 buah petasan yang kami amankan," jelas Radiant.
Radiant menjelaskan menerbangkan balon udara ini melanggar UU No 1 Tahun 2009 tentang penerbangan dengan ancaman hukuman 3 tahun penjara dan denda Rp 1 Miliar. "Dampak dari penerbangan balon udara ini bisa membahayakan penerbangan dan masyarakat lain, sekaligus bisa menimbulkan kebakaran hutan jika jatuh di hutan," imbuh dia.
Radiant pun mengaku bakal menindak tegas warga yang dengan sengaja membuat dan menerbangkan balon udara. "Kami akan proses hukum warga jika ada yang melanggar, karena sudah kami berikan edukasi tapi tetap saja melanggar. Kami akan kawal hingga proses pengadilan," pungkas dia.
Lihat video ini Warna-warni Balon Udara Hiasi Bumi Reog (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini