Sosok pemimpin baru Partai Demokrat Liberal dan calon Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, menuai kontroversi. Pernyataannya yang ogah menerapkan 'work-life balance' atau keseimbangan antara kerja dan kehidupan menuai kritik.
Dilansir Japan Times dan Mainichi, Minggu (12/10/2025), sekelompok pengacara Jepang yang menangani karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan memprotes pernyataan Takaichi yang menyerukan anggota partai berkuasa itu untuk 'bekerja seperti kuda pekerja'. Takaichi sendiri menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato setelah memenangkan pemilihan ketua LDP.
Takaichi merupakan anggota parlemen konservatif yang gigih. Dia menggarisbawahi perlunya pembaruan partai karena dukungan pemilih untuk LDP belum pulih dari berbagai skandal dan faktor lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia lalu berkata kepada sesama anggota parlemen 'Saya akan membuat semua orang bekerja seperti kuda'. Dia juga mengaku akan meninggalkan gagasan 'Work-life balance'.
"Saya sendiri akan meninggalkan gagasan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan. Saya akan bekerja, bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja," ujar calon PM wanita pertama Jepang ini.
Ucapan Takaichi itu dikritik oleh Dewan Pembela Nasional untuk Korban Karoshi. Mereka meminta Takaichi mencabut pernyataannya dengan alasan sikapnya 'dapat memaksa para pekerja, termasuk pegawai pemerintah, untuk bekerja berlebihan dan bekerja dalam jam kerja yang panjang serta dapat membangkitkan kembali mentalitas yang sudah ketinggalan zaman'.
Kelompok ini dipimpin oleh Hiroshi Kawahito yang merupakan pengacara mewakili keluarga karyawan biro iklan besar yang bunuh diri diduga terlalu banyak bekerja. Keluarga seorang birokrat Kementerian Dalam Negeri Jepang yang bunuh diri pada tahun 2014 juga mengaku marah atas pernyataan Takaichi dan mendesaknya untuk merenungkan pernyataan itu.
Di sisi lain, Menteri Kebijakan Terkait Anak-anak Jepang, Junko Mihara, menekankan keseimbangan kehidupan kerja adalah 'sangat penting'. Dia membela Takaichi dan menyebut ucapannya itu hanya menunjukkan tekad sebagai pemimpin partai.
"Saya yakin beliau telah menunjukkan tekadnya sebagai presiden (LDP)," kata Mihara.
Peluang Jadi PM Jepang Menipis
Selain diprotes gara-gara pernyataannya, Takaichi juga menghadapi persoalan politik setelah koalisi partai berkuasa pecah. Mitra koalisi mereka mengundurkan diri.
Dilansir Reuters, Partai Demokrat Liberal merupakan partai penguasa dan telah memerintah Jepang hampir sepanjang era pascaperang. Namun, partai itu harus mendapatkan persetujuan di parlemen untuk menjadikan Takaichi sebagai perdana menteri pada akhir bulan ini.
Hal itu sebelumnya dianggap cukup mudah mengingat koalisinya memiliki kursi terbanyak di parlemen Jepang meskipun bukan kurang mayoritas. Namun, langkah Takaichi menjadi PM perempuan pertama Jepang bakal berat usai mundurnya partai Komeito dari koalisi Partai Demokrat Liberal.
Setelah pertemuan dengan Takaichi pada Jumat lalu, pemimpin Komeito, Tetsuo Saito, mengatakan kemitraan kedua partai yang sudah terjalin selama 26 tahun telah retak. Dia mengatakan LDP gagal menanggapi skandal pendanaan politik yang telah menghantui kelompok penguasa tersebut selama dua tahun terakhir.
Dia mengatakan Komeito tidak akan mendukung Takaichi dalam pemungutan suara parlemen yang diperkirakan akan diadakan pada paruh kedua bulan Oktober. Takaichi menyebut keputusan Komeito 'sangat disesalkan' tetapi dia mengatakan akan melakukan apa pun untuk mendapatkan dukungan parlemen.
Gejolak politik ini terjadi menjelang sejumlah pertemuan diplomatik Jepang, dengan KTT multilateral di Malaysia dan Korea Selatan, serta kunjungan Presiden AS Donald Trump yang diperkirakan akan berlangsung di Jepang pada akhir bulan ini.
Yen telah menguat hingga 0,5% menjadi 152,38 per dolar AS setelah berita pecahnya koalisi Takaichi. Yen sempat jatuh ke level terendah dalam delapan bulan awal pekan ini karena investor khawatir rencana belanja besar Takaichi akan membebani ekonomi terbesar keempat di dunia tersebut.
Dengan kepergian Komeito, Takaichi diprediksi akan berusaha menengahi aliansi dengan partai lain seperti Partai Inovasi yang berhaluan kanan-tengah. Sementara, oposisi utama Partai Demokrat Konstitusional telah mengisyaratkan mereka mungkin akan mendukung pemimpin karismatik dari partai oposisi lain, Yuichiro Tamaki, sebagai kandidat untuk menantang Takaichi dalam perebutan jabatan perdana menteri.
Tonton juga video "PM Ishiba Mundur: Pasar Saham Jepang Melonjak, Yen Tertekan" di sini: