Inggris akan mengakui negara Palestina pada akhir pekan ini, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakhiri kunjungan kenegaraannya. Penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Navi Pillay, yang menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, mengharapkan para pemimpin Israel diadili.
Surat kabar Inggris The Times dalam laporannya, tanpa mengutip sumber apa pun, menyebut Perdana Menteri (PM) Keir Starmer berencana mengakui negara Palestina sebelum beberapa negara, termasuk Prancis, melakukannya dalam pertemuan puncak Majelis Umum PBB di New York, AS, pekan depan.
Sementara itu, Pillay yang pernah memimpin pengadilan internasional untuk genosida Rwanda tahun 1994 silam, mengatakan dirinya melihat kesamaan antara situasi di Gaza dengan pembantaian yang terjadi di Rwanda. Dia mengharapkan suatu hari nanti para pemimpin Israel akan diadili dan dijebloskan ke penjara.
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Kamis (18/9/2025):
- Inggris Akan Akui Negara Palestina Usai Trump Akhiri Kunjungan Kenegaraan
Inggris akan memberikan pengakuan resmi terhadap negara Palestina pada akhir pekan ini. Pengakuan resmi akan diberikan Inggris setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menentang keputusan itu, telah meninggalkan negara tersebut di akhir kunjungan kenegaraannya.
Rencana pengakuan resmi Inggris itu, seperti dilansir Reuters dan The Times of Israel, Kamis (18/9/2025), diungkapkan oleh surat kabar Inggris The Times dalam laporan terbarunya, tanpa mengutip sumber apa pun, pada Rabu (17/9) waktu setempat.
Disebutkan oleh The Times dalam laporannya bahwa Perdana Menteri (PM) Keir Starmer berencana untuk mengakui negara Palestina bahkan sebelum beberapa negara Barat, termasuk Prancis, melakukannya dalam pertemuan puncak Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS, pekan depan.
- Penyelidik PBB Berharap Pemimpin Israel Diadili terkait Genosida di Gaza
Seorang penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Navi Pillay, yang pekan ini menuduh Israel melakukan genosida di Jalur Gaza, mengatakan dirinya melihat kesamaan dengan pembantaian yang terjadi di Rwanda. Pillay mengharapkan para pemimpin Israel akan diadili dan dijebloskan ke penjara.
Pillay, yang seorang mantan hakim Afrika Selatan ini, seperti dilansir AFP, Kamis (18/9/2025), pernah memimpin pengadilan internasional untuk genosida Rwanda tahun 1994 silam dan juga menjabat sebagai kepala hak asasi manusia PBB.
Dalam wawancara dengan AFP, Pillay mengakui bahwa keadilan merupakan "proses yang lambat". Namun dia mengutip pernyataan mendiang ikon anti-apartheid Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang mengatakan bahwa "selalu terasa mustahil sampai hal itu terjadi".
(nvc/nvc)