Tampung 1,3 Juta Rohingya, Bangladesh: Dunia Harus Ikut Menanggung!

Tampung 1,3 Juta Rohingya, Bangladesh: Dunia Harus Ikut Menanggung!

Rita Uli Hutapea - detikNews
Senin, 25 Agu 2025 18:00 WIB
Rohingya refugees alight from a naval ship after arriving at Bhashan Char island, in the Bay of Bengal, Bangladesh, Tuesday, Dec. 29, 2020. Officials in Bangladesh sent a second group of Rohingya refugees to the island on Monday despite calls by human rights groups for a halt to the process. Seven Bangladesh navy ships carrying 1,804 Rohingya refugees arrived Tuesday at an isolated island where they will be relocated despite concerns among human rights groups about their safety. Authorities say the refugees were selected for relocation based on their willingness, and that no pressure was applied on them. But several human rights and activist groups say some refugees have been forced to go to the island, located 21 miles (34 kilometers) from the mainland. (AP Photo/Mahmud Hossain Opu)
Pengungsi Rohingya di Bangladesh (Foto: AP/Mahmud Hossain Opu)
Jakarta -

Pemimpin sementara Bangladesh, Muhammad Yunus mengatakan bahwa ada "tanggung jawab moral" untuk mengakhiri pembersihan etnis terhadap minoritas Rohingya di Myanmar. Peraih Nobel Perdamaian itu pun menegaskan bahwa komunitas internasional harus ikut memikul tanggung jawab atas krisis Rohingya, bukan hanya Bangladesh saja.

Diketahui bahwa lebih dari satu juta warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di wilayah Cox's Bazar, Bangladesh. Sebagian besar dari mereka tiba setelah melarikan diri dari tindakan keras militer tahun 2017 di negara tetangga Myanmar.

"Bangladesh sekarang menampung 1,3 juta warga Rohingya yang terpaksa mengungsi dari Myanmar," ujar Yunus pada konferensi bantuan di Cox's Bazar, menyebutnya sebagai "kamp pengungsi terbesar di dunia".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yunus mengatakan bahwa konferensi tersebut bertujuan untuk mengatasi penderitaan para pengungsi Rohingya dan mengupayakan "kepulangan yang cepat, sukarela, dan berkelanjutan" ke Myanmar. Dia pun menyorot tentang terus berdatangannya warga Rohingya dan menyusutnya aliran bantuan semakin memperparah krisis.

ADVERTISEMENT

"Akibat penindasan yang berkelanjutan, warga Rohingya terus meninggalkan Myanmar," kata Yunus, dilansir kantor berita AFP, Senin (25/8/2025).

"Adalah tanggung jawab moral kita untuk mengambil sisi sejarah yang benar dan menghentikan para aktor bersenjata dari melaksanakan rencana mengerikan mereka, yaitu pembersihan etnis terhadap seluruh penduduk Rohingya," ujarnya.

Yunus mengatakan bahwa meskipun negaranya menampung para pengungsi Rohingya, mereka membutuhkan dukungan global.

"Bukan hanya tanggung jawab Bangladesh, tetapi juga komunitas internasional, untuk ikut menanggung beban krisis Rohingya," ujarnya.

Tonton juga video "Polda NTT Amankan 12 WN Bangladesh Korban TPPO" di sini:

Selama delapan tahun terakhir, Bangladesh, khususnya komunitas di Cox's Bazar, telah "berkorban luar biasa", kata Yunus.

"Dampaknya terhadap ekonomi, sumber daya, lingkungan dan ekosistem, masyarakat, dan tata kelola kami sangat besar," tambahnya.

"Kami tidak melihat adanya ruang untuk mobilisasi sumber daya lebih lanjut dari sumber domestik kami, mengingat tantangan yang kami hadapi," tuturnya.

Yunus menambahkan bahwa meskipun Bangladesh "bekerja tanpa henti" untuk mengakhiri krisis ini, mereka tidak dapat melakukannya sendirian.

"Krisis Rohingya bermula dari Myanmar," ujarnya. "Dan solusinya juga ada di sana," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads