Kritikan yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap persidangan mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, memicu perselisihan diplomatik antara kedua negara. Otoritas Brasil memanggil utusan diplomatik AS untuk menyampaikan protes.
Kementerian Luar Negeri Brasil, seperti dilansir AFP, Kamis (10/7/2024), mengatakan bahwa charge d'affaires AS, Gabriel Escobar, akan dipanggil untuk menjelaskan pernyataan Kedutaan Besar AS yang menyebut Bolsonaro sebagai korban "persekusi politik".
Pernyataan itu menggemakan kritikan Trump soal "perburuan penyihir" atau "witch hunt" terhadap Bolsonaro, yang merupakan sekutunya. Trump, dalam postingan media sosialnya pada Senin (7/7), mendesak otoritas Brasil untuk "JANGAN MENGGANGGU BOLSONARO".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya telah menyaksikan, seperti halnya dunia menyaksikan, bahwa mereka tidak melakukan apa pun tapi memburunya, hari demi hari, malam demi malam, bulan demi bulan, tahun demi tahun!" tulis Trump dalam pernyataannya.
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva mengecam kritikan Trump sebagai "campur tangan".
Dalam pernyataan terbarunya, Trump bahkan mengecam persidangan Bolsonaro sebagai "aib internasional".
Bolsonaro tengah menghadapi persidangan atas tuduhan merencanakan kudeta terhadap pemerintahan Lula da Silva setelah kekalahan tipis dalam pemilu penuh gejolak tahun 2022 lalu.
Dalam pembelaannya, Bolsonaro membantah terlibat dalam upaya merebut kembali kekuasaan dari Lula da Silva dalam dugaan kudeta yang, menurut jaksa Brasil, berujung kegagalan karena kurangnya dukungan militer.
Tonton juga Video: Trump Puji Bahasa Inggris Presiden Liberia, Bahasa Resmi Negara Itu
Setelah rencana kudeta gagal, para pendukung yang dikenal sebagai "Bolsonaristas" melakukan kerusuhan dengan menyerbu gedung-gedung pemerintahan pada tahun 2023 lalu untuk mendesak militer Brasil menggulingkan Lula da Silva. Bolsonaro sedang berada di luar negeri pada saat itu.
Kasus yang menjerat Bolsonaro ini mengingatkan pada tuntutan pidana yang menjerat Trump terkait penyerbuan Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021 oleh para pendukungnya, yang pada saat itu menggeruduk gedung Kongres AS untuk membatalkan penetapan kekalahan Trump dalam pilpres.
Trump mengaku tidak bersalah, dan kasus tersebut dibatalkan ketika dia terpilih kembali sebagai Presiden AS.
Kasus-kasus itu mempertemukan keluarga Trump dan Bolsonaro, dengan putra-putra mantan Presiden Brasil itu melobi sanksi AS terhadap hakim Mahkamah Agung Brasil yang sedang menangani persidangan ayah mereka.
Tonton juga Video: Trump Puji Bahasa Inggris Presiden Liberia, Bahasa Resmi Negara Itu