Pemerintah Iran menegaskan bahwa pembicaraan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS) tidak dapat dilanjutkan, kecuali Washington mengesampingkan serangan lebih lanjut terhadap Teheran.
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Iran, Majid Takht-Ravanchi, mengatakan kepada media terkemuka Inggris, BBC, pada Minggu (29/6) malam waktu setempat, bahwa AS telah memberikan isyarat ingin kembali ke meja perundingan, seminggu setelah negara itu membombardir tiga fasilitas nuklir Iran.
"Kami belum menyepakati tanggal apa pun, kami belum menyepakati modalitasnya," kata Takht-Ravanchi saat berbicara kepada BBC, seperti dilansir AFP, Senin (30/6/2025).
"Saat ini kami sedang mencari jawaban untuk pertanyaan ini. Apakah kami akan melihat pengulangan tindakan agresi saat kami terlibat dalam dialog?" ucapnya.
Ditegaskan oleh Takht-Ravanchi bahwa AS perlu "cukup jelas tentang pertanyaan yang sangat penting ini".
Iran dan AS sedang berunding mengenai program nuklir Teheran, ketika Israel tiba-tiba menyerang fasilitas nuklir dan infrastruktur militer negara Syiah itu pada 13 Juni lalu. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada 21 Juni, Washington turut terlibat dengan mengebom tiga fasilitas nuklir Teheran -- Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Takht-Ravanchi mengungkapkan kepada BBC bahwa AS telah memberi isyarat jika mereka "tidak ingin terlibat dalam perubahan rezim" dengan menargetkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Simak Video 'AS-Israel Dinilai Tak Satu Tujuan soal Iran':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)