Kecaman dari Sana-sini Usai AS Bombardir Nuklir Iran

Tim Detikcom - detikNews
Minggu, 22 Jun 2025 22:22 WIB
Foto: via REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) menyerang sejumlah fasilitas nuklir di Iran. Sejumlah negara termasuk PBB mengkritik serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran tersebut.

Dirangkum detikcom, Minggu (22/6/2025), Presiden AS Donald Trump dalam pidato singkat kepada rakyat AS usai membombardir 3 situs nuklir Iran justru mengatakan akan melakukan lebih banyak serangan jika Teheran tidak berdamai.

"Akan ada perdamaian atau akan ada tragedi bagi Iran yang jauh lebih besar daripada yang telah kita saksikan selama delapan hari terakhir. Ingatlah bahwa masih banyak target yang tersisa," kata Trump dalam pidato larut malam kepada rakyat AS dilansir AFP, Minggu (22/6).

"Jika perdamaian tidak segera datang, kami akan menyerang target-target lainnya dengan presisi, kecepatan, dan keterampilan."

Respons Iran

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengutuk serangan Amerika Serikat (AS) ke 3 fasilitas nuklir yang damai sebagai agresi militer brutal. Iran menganggap serangan AS tersebut tak termaafkan.

"Ini adalah pelanggaran yang keterlaluan, serius, dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap prinsip-prinsip dasar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional," kata Abbas Araghchi dalam pidatonya di Istanbul pada pertemuan puncak OKI dilansir Aljazeera, Minggu (22/6/2025).

Araghchi mengatakan bahwa pemerintahan AS yang "suka berperang dan melanggar hukum" akan "bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi yang berbahaya dan untuk mencapai implikasi yang efektif dari tindakan agresinya".


Kecaman dari PBB dan Negara Latin

Dilansir CNN, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa ia "sangat khawatir" dengan serangan AS terhadap Iran. Guterres menyerukan perdamaian dan memperingatkan agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut di kawasan yang bergejolak itu.

"Saya sangat khawatir dengan penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat terhadap Iran hari ini. Ini adalah eskalasi yang berbahaya di kawasan yang sudah berada di ujung tanduk--dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Antonio Guterres.

"Ada risiko yang semakin besar bahwa konflik ini dapat dengan cepat lepas kendali--dengan konsekuensi yang sangat buruk bagi warga sipil, kawasan, dan dunia."

Selengkapnya simak halaman selanjutnya.




(yld/yld)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork