Lagi-lagi Junta Myanmar Ingkar Janji

Haris Fadhil - detikNews
Kamis, 01 Mei 2025 06:22 WIB
Halaman ke 1 dari 3
Situasi di Myanmar yang dilanda perang saudara dan gempa parah (Foto: BBC World)
Naypyidaw -

Junta militer yang berkuasa di Myanmar kembali mengingkari janjinya. Pasukan junta militer tetap melakukan serangan meski berjanji melakukan gencatan senjata usai gempa dahsyat terjadi akhir Maret lalu.

Dilansir BBC, Rabu (30/4/2025), janji untuk gencatan senjata itu disampaikan junta militer beberapa hari setelah gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 7,7 mengguncang Myanmar dan menewaskan sedikitnya 3.700 orang pada akhir Maret. Junta militer saat itu setuju menghentikan operasi militer mereka yang brutal setelah kelompok pemberontak lebih dulu mengumumkan gencatan senjata.

Tapi, junta militer malah melanggar gencatan senjata itu, lagi dan lagi. Selama 10 hari sejak pertengahan April, personel militer Myanmar berulang kali melakukan serangan di wilayah pemberontak di Negara Bagian Karenni.

Kaki tangan junta militer terus melakukan pelanggaran gencatan senjata, termasuk dengan serangan roket dan mortir yang menewaskan serta melukai warga sipil dan milisi gerakan perlawanan. Salah satu korban, Khala (45) tewas dalam serangan pesawat tempur di tempat yang kata istrinya, Mala, seharusnya aman.

Saat gencatan senjata diumumkan pada 2 April, Mala dan Khala merasa ada kesempatan untuk kembali ke rumah mereka untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun. Mereka pulang bersama anak mereka yang berusia 4 tahun.

Kampung itu telah ditinggalkan dan bangunan-bangunannya hancur karena pertempuran yang tak kunjung selesai. Hampir semua orang di sana telah pindah ke lahan pertanian yang lebih jauh dari tembakan tentara. Namun, gempuran terjadi saat keluarga muda itu sudah mengemas harta benda di dalam mobil dan bersiap meninggalkan Desa Pekin Coco.

"Kami semua ada di depan rumah. Lalu, peluru mulai berdesing dekat kami. Kami bersembunyi di belakang rumah. Tapi dia (Khala) tetap di tempatnya. Peluru artileri meledak di dekatnya. Dia meninggal di tempat yang dia kira akan aman. Dia laki-laki yang baik," kata Mala sambil menangis.

Pada sore harinya, pesawat tempur junta menyerang rumah di jalan yang sama. Serangan itu menewaskan empat orang lainnya.

"Saya benci mereka. Mereka selalu menyerang orang tanpa alasan. Saya tidak merasa aman di sini. Jet tempur sering terbang di langit dan tidak ada tempat untuk bersembunyi," kata Mala.

Mala (31) saat ini sedang hamil 7 bulan. Putranya, Zoe, yang merindukan ayahnya tampak terus 'menempel' di sisi Mala.




(haf/fas)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork