Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memindahkan atau merelokasi warga Palestina keluar dari Jalur Gaza menuai kecaman dari sekutu-sekutu Washington, seperti Jerman dan Prancis. Kedua negara Eropa itu sama-sama menyebut rencana relokasi warga Gaza sebagai hal yang "tidak dapat diterima".
Gagasan itu dicetuskan Trump saat berbicara kepada wartawan pada Sabtu (25/1) lalu dan dipertegas pada Senin (27/1). Dia awalnya melontarkan gagasan untuk "membersihkan" Gaza setelah perang, yang berkecamuk selama lebih dari 15 bulan terakhir, menjadikan wilayah Palestina itu bagaikan "area penghancuran".
Trump kemudian menyatakan keinginan untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Jalur Gaza, menuju ke lokasi-lokasi yang "lebih aman", seperti Mesir atau Yordania. Dia mengatakan dirinya "ingin membuat mereka (warga Palestina di Gaza-red) tinggal di area di mana mereka bisa hidup tanpa banyak gangguan dan revolusi dan kekerasan".
Kecaman terhadap gagasan Trump disampaikan Kanselir Jerman Olaf Scholz yang, seperti dilansir AFP, Rabu (29/1/2025), menyebut rencana relokasi semacam itu sebagai "pengusiran" warga Gaza.
"Menyoroti pernyataan publik baru-baru ini, saya mengatakan dengan jelas bahwa rencana relokasi apa pun -- gagasan bahwa warga Gaza akan diusir ke Mesir atau Yordania -- tidak dapat diterima," tegas Scholz saat berbicara dalam sebuah acara di Balai Kota Berlin pada Selasa (28/1).
Dalam pernyataannya, Scholz menegaskan kembali dukungan untuk solusi dua negara dan mengatakan Otoritas Palestina harus mengambil tanggung jawab atas Jalur Gaza.
"Perdamaian hanya bisa terwujud jika ada harapan akan pemerintahan mandiri di masa depan. Semua orang yang meyakini ada peluang perdamaian di kawasan yang tidak didasarkan pada pemerintahan mandiri di Tepi Barat dan Gaza dalam sebuah negara Palestina -- itu tidak akan berhasil," sebutnya.
Lihat juga Video: Kala Trump Mau Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania
Kecaman terhadap rencana Trump juga disampaikan Prancis. Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/idh)