Israel menolak untuk berkomentar mengenai senjata apa yang digunakan dalam serangan tersebut. Sedangkan Pentagon atau Departemen Pertahanan AS tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
JDAM diketahui mampu mengubah bom terarah jenis standar dengan menggunakan sirip dan sistem panduan GPS menjadi senjata berpemandu. AS memang sekutu lama Israel dan pemasok senjata terbesar untuk negara Yahudi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militer Israel, dalam pernyataan pada Sabtu (28/9) waktu setempat, mengklaim telah melenyapkan Nasrallah dalam serangan terhadap markas komando pusat kelompok Hizbullah di pinggiran selatan Beirut.
Hizbullah, dalam pernyataan terpisah pada hari yang sama, mengonfirmasi kematian Nasrallah yang memimpin kelompok itu selama sekitar 30 tahun terakhir. Hizbullah menyatakan Nasrallah terbunuh bersama anggota-anggota Hizbullah lainnya 'setelah serangan berbahaya Zionis di pinggiran selatan Beirut'.
Pada Minggu (29/9), Iran menyatakan Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan yang merupakan wakil komandan operasi pasukan elit Iran tewas bersama kepala Hizbullah Hassan Nasrallah akibat serangan Israel. Nilforoushan berada di bunker bersama kepala Hizbullah saat bom Israel menghantam.
Dilansir Al-Jazeera, Minggu (29/9), Nilforoushan digambarkan sebagai seseorang yang bekerja untuk keamanan Iran dan membantu perjuangan Palestina. Garda Revolusi Iran belum menjelaskan detail soal pemakaman Nilforoushan. Iran juga tak menjelaskan apa yang dilakukan Nilforoushan bersama elit Hizbullah saat pengeboman oleh Israel terjadi
Meski demikian, Iran menegaskan tidak akan membiarkan begitu saja perbuatan Israel. Wakil Presiden Iran untuk urusan Strategis Mohammad Javad Zarif bersumpah akan membalas Israel dengan cara dan waktu yang tepat.
Juru bicara parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf mengatakan kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran akan terus menghadapi Israel dengan bantuan Teheran. Aliansi yang dikenal sebagai Poros Perlawanan, yang dibangun selama beberapa dekade dengan dukungan Iran, mencakup kelompok Palestina Hamas, Hizbullah di Lebanon, Houthi Yaman, dan berbagai kelompok bersenjata Syiah di Irak dan Suriah.
"Kami tidak akan ragu untuk melakukan apa pun untuk membantu perlawanan," kata Qalibaf.
Dia juga mengeluarkan peringatan kepada Amerika Serikat (AS). Dia menuding AS terlibat membantu Israel.
"AS terlibat dalam semua kejahatan ini dan harus menerima akibatnya," katanya.
Peringatan AS ke Iran
Pemerintah AS pun memperingatkan Iran dan proksi-proksinya untuk tidak memperluas konflik. AS menegaskan akan bertindak jika Teheran dan proksinya memanfaatkan situasi terkini dengan menyerang personel militer atau kepentingan AS di kawasan itu.
Peringatan tersebut, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (30/9/2024), dilontarkan Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin yang bertekad mencegah Iran dan proksi-proksinya mengeksploitasi situasi krisis di Timur Tengah, saat Israel menggempur Hamas di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman. Hamas, Hizbullah dan Houthi semuanya didukung oleh Iran.
"Amerika Serikat bertekad untuk mencegah Iran dan mitra-mitra serta proksi yang didukung Iran mengeksploitasi situasi atau memperluas konflik," ujar juru bicara Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, Mayor Jenderal Patrick Ryder, dalam pernyataannya.
"(Menhan Austin) Telah memperjelas jika Iran, mitra-mitranya, atau proksinya, menggunakan momen ini untuk menargetkan personel atau kepentingan Amerika di kawasan, maka Amerika Serikat akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami," ucapnya.
Menurut laporan Reuters, militer AS telah mengumumkan peningkatan kemampuan dukungan udara di kawasan Timur Tengah dan menempatkan tentaranya dalam kesiapan yang lebih tinggi untuk dikerahkan ke kawasan tersebut. Pengumuman itu disampaikan dua hari setelah Presiden AS Joe Biden menginstruksikan Pentagon untuk menyesuaikan postur pasukan AS di Timur Tengah.
Perintah Biden itu muncul karena ada kekhawatiran Iran melakukan balas dendam atas kematian pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Namun, Pentagon hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai besaran atau cakupan pengerahan udara terbaru itu.
"Kami akan lebih memperkuat kemampuan dukungan udara defensif dalam beberapa hari mendatang," ujar Pentagon.
Simak Video: Gedung Putih Ungkap AS Harus Siap Hadapi Balasan Iran ke Israel
(haf/haf)