Jakarta -
Sejumlah walkie-talkie yang digunakan kelompok Hizbullah meledak di pinggiran selatan ibu kota Beirut, Lembah Bekaa, dan Lebanon selatan. Walkie talkie yang meledak itu menjadi misteri karena belum diketahui awal mula bisa digunakan luas di Lebanon.
Serangan itu terjadi ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan 'fase baru dalam perang'. Pada waktu bersamaan, satu divisi tentara Israel dikerahkan kembali ke utara.
Sekretaris Jenderal PBB, Antnio Guterres, memperingatkan 'risiko serius eskalasi dramatis' dan meminta semua pihak 'menahan diri secara maksimal'. 'Jelas, logika di balik peledakan semua perangkat ini adalah sebagai serangan pendahuluan sebelum operasi militer besar-besaran," ujarnya kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ledakan walkie talkie ini terjadi setelah ledakan serupa melanda ribuan unit pager atau penyeranta yang digunakan para anggota Hizbullah di Lebanon. Ledakan pager itu menewaskan 12 orang, termasuk dua anak, tewas dan sekitar 2.800 orang lainnya mengalami luka-luka.
Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant, saat pangkalan Angkatan Udara Ramat-David di wilayah Israel bagian utara pada Rabu (18/9), mengatakan "era baru perang" telah dimulai dan memuji kinerja intelijen Tel Aviv.
Pernyataan Gallant itu dinilai sebagai bentuk pengakuan secara diam-diam atas peran Israel dalam dua serangan mengejutkan yang menargetkan Hizbullah.
20 Orang Tewas
Kelompok Hizbullah mengumumkan 20 anggotanya tewas di wilayah Lebanon. Puluhan anggota Hizbullah itu dilaporkan tewas dalam ledakan walkie-talkie yang secara serentak mengguncang Lebanon pada Rabu (18/9).
Kelompok yang didukung Iran itu mengirimkan pemberitahuan kematian secara terpisah untuk setiap anggotanya mulai Rabu (18/9) malam hingga Kamis (19/9) pagi waktu setempat, yang menyebut mereka terbunuh di jalan menuju ke Yerusalem -- istilah Hizbullah merujuk pada petempur yang dibunuh oleh Israel.
"Sebanyak 20 anggota Hizbullah tewas akibat ledakan walkie-talkie (di Lebanon)" ucap seorang sumber yang dekat dengan kelompok Hizbullah, saat berbicara kepada AFP, seperti dilansir AFP, Kamis (19/9/2024).
Selain menewaskan 20 orang, Kementerian Kesehatan Lebanon juga melaporkan 450 orang mengalami luka-luka.
Buatan Jepang, Tapi Tak Produksi Lagi
Otoritas Lebanon menyebut ribuan walkie-talkie yang meledak massal di wilayahnya merupakan produk buatan perusahaan Jepang, ICOM. Namun model walkie-talkie yang meledak itu sudah tidak diproduksi lagi.
Kementerian Komunikasi Lebanon dalam pernyataannya, seperti dilansir CNN, Kamis (19/9/2024), mengatakan walkie-talkie model IC-V82 yang meledak tidak dipasok oleh agen yang diakui, tidak memiliki izin resmi dan belum diperiksa oleh dinas keamanan negara tersebut.
Tidak diketahui secara jelas bagaimana walkie-talkie itu bisa digunakan secara luas di Lebanon, terutama oleh anggota-anggota kelompok Hizbullah. Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari pihak ICOM soal insiden ledakan di Lebanon.
Di situs perusahaan Jepang itu dijelaskan kalau perangkat model IC-V82 telah dihentikan produksinya dan hampir semua model yang beredar saat ini adalah palsu.
Hasil penyelidikan awal perusahaan itu, seperti dilansir AFP, menunjukkan walkie-talkie yang meledak di berbagai wilayah Lebanon itu sudah tidak diproduksi lagi oleh ICOM sejak 10 tahun lalu.
"IC-V82 merupakan radio genggam yang sebelumnya diproduksi dan diekspor, termasuk ke Timur Tengah, dari tahun 2004 hingga Oktober 2014. Produk ini dihentikan (produksinya) sekitar 10 tahun lalu, dan sejak itu, tidak lagi dikirimkan dari perusahaan kami," tegas ICOM dalam pernyataannya.
"Produksi baterai yang diperlukan untuk mengoperasikan unit utama juga telah dihentikan, dan segel hologram untuk membedakan produk palsu tidak dipasang, sehingga tidak dapat dipastikan apakah produk tersebut dikirimkan dari perusahaan kami," jelas ICOM.
Hizbullah Bersumpah Hukum Israel
Kelompok Hizbullah memberikan reaksi keras atas ledakan walkie-talkie di Lebanon. Hizbullah bersumpah bahwa Israel akan 'dihukum secara unik' atas insiden ledakan massal itu.
"Balas dendam tidak bisa dihindari," tegas seorang pejabat senior Hizbullah, Seyed Hashem Safiuddin, seperti dilansir The Telegraph, Kamis (19/9/2024).
"Kami akan menghadapi musuh dengan pendekatan baru agar mereka mengetahui bahwa kami adalah bangsa yang tidak akan mundur," ucapnya, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Perlawanan ini akan memberi tahu (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu bahwa kami hadir dan kemampuan kami tetap tidak dirugikan," ujarnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini