Pemerintah Amerika Serikat meminta Turki dan sekutu-sekutu lain yang memiliki hubungan dengan Iran untuk membujuknya meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Selasa (13/8/2024), hal tersebut disampaikan Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat untuk Turki Jeff Flake saat kawasan tersebut bersiap menghadapi kemungkinan serangan oleh Iran dan sekutunya, setelah pembunuhan pemimpin Hamas dan komandan militer Hizbullah.
Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas yang didukung Iran, dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada tanggal 31 Juli alu, memicu ancaman balas dendam oleh Iran terhadap Israel. Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut. Israel belum mengklaim bertanggung jawab ataupun membantah keterlibatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meminta semua sekutu kami yang memiliki hubungan dengan Iran untuk mendesak mereka meredakan ketegangan, dan itu termasuk Turki," kata Flake dalam sebuah diskusi panel dengan wartawan di Istanbul saat ia mengakhiri tugasnya di Turki.
"Mereka melakukan apa pun yang mereka bisa untuk memastikan bahwa itu tidak meningkat," ujarnya, seraya menambahkan bahwa Turki "tampaknya lebih yakin daripada kami bahwa hal itu tidak akan meningkat".
Hubungan AS-Turki sendiri telah tegang dalam beberapa tahun terakhir karena aliansi AS dengan Kurdi Suriah yang dianggap Turki sebagai teroris. Juga karena pembelian sistem pertahanan S-400 Rusia oleh Turki yang memicu sanksi AS dan pencabutan program jet F-35.
Namun, Flake mengatakan bahwa menurutnya hubungan AS-Turki sekarang "dalam keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya."
Dia mencatat "peran penting" yang dimainkan Turki dalam apa yang merupakan pertukaran tahanan terbesar antara Amerika Serikat dan Rusia sejak Perang Dingin pada awal Agustus.
"Mereka tidak terlibat dalam sisi negosiasi, tetapi di sisi logistik, mereka memainkan peran penting," katanya.