Ribuan polisi antihuru-hara Inggris dikerahkan untuk menghadapi potensi pecahnya kekerasan terbaru saat kerusuhan semakin meluas di negara itu. Kerusuhan yang kini menyelimuti sejumlah wilayah Inggris dipicu oleh penikaman yang menewaskan tiga bocah, yang diwarnai penyebaran informasi keliru.
Seperti dilansir AFP, Rabu (7/8/2024), kelompok-kelompok sayap kanan merencanakan unjuk rasa di lebih dari 30 lokasi, dengan para pengacara imigrasi dan gedung-gedung yang menampung pencari suaka ditetapkan sebagai target utama.
Rencana unjuk rasa yang dibahas via aplikasi pesan Telegram itu bocor ke media Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai antisipasi, pemerintah Inggris mengerahkan 6.000 polisi spesialis yang dipersiapkan untuk mengatasi kerusuhan, yang disebut sebagai kekacauan terburuk yang terjadi di negara tersebut dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Ratusan orang ditangkap terkait kerusuhan tersebut, dengan lebih dari 100 orang di antaranya telah didakwa atas pelanggaran hukum.
Kerusuhan pecah di Inggris setelah serangan penikaman yang menewaskan tiga bocah perempuan, yang berusia 6-9 tahun, dan melukai lima anak-anak lainnya di Southport, Inggris bagian barat laut. Serangan itu terjadi dalam kelas dansa bertemakan Taylor Swift.
Menyusul penikaman itu, rumor atau informasi palsu beredar luas di media sosial yang menyebut pelaku serangan sebagai seorang migran Muslim dan pencari suaka. Kepolisian Inggris mengidentifikasi pelaku penikaman sebagai Axel Rudakubana yang berusia 17 tahun dan lahir di Wales.
Media-media lokal Inggris melaporkan orang tua Rudakubana berasal dari Rwanda.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak Video: Penangkapan 400 Orang Buntut Kerusuhan Anti-Muslim di Inggris
Terlepas dari pernyataan kepolisian, kerusuhan awal terjadi di Southport yang berpusat di sekitar masjid setempat. Kerusuhan sarat kekerasan kemudian meluas ke beberapa wilayah lainnya di Inggris hingga Irlandia Utara, dengan kebanyakan aksi melibatkan kelompok anti-Islam dan anti-imigrasi.
Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer, pada Selasa (6/8) waktu setempat, memperingatkan bahwa siapa pun yang terlibat dalam kerusuhan itu akan menghadapi "kekuatan hukum penuh", termasuk mereka yang menghasut kekerasan secara online.
Starmer yang mantan kepala jaksa penuntut negara, mengatakan dirinya memperkirakan akan ada "hukuman substantif sebelum akhir pekan ini" bagi para perusuh, setelah memimpin pertemuan darurat pada Selasa (6/8).
"Hal ini seharusnya memberikan pesan yang sangat kuat kepada siapa pun yang terlibat, baik secara langsung maupun online," tegas Starmer dalam pernyataan yang disiarkan televisi Inggris.
Kerusuhan yang kini menyelimuti Inggris tercatat sebagai yang terburuk di Inggris sejak kerusuhan London tahun 2011. Situasi itu membuat sejumlah negara merilis peringatan untuk warga negaranya soal bahaya bepergian ke Inggris.