Unjuk rasa menentang kuota lapangan pekerjaan di Bangladesh yang memicu kerusuhan yang meluas telah menewaskan sedikitnya 173 orang. Jumlah penangkapan terkait kerusuhan itu terus bertambah, dengan sejauh ini nyaris 1.200 orang ditangkap otoritas berwenang setempat.
Seperti dilansir AFP, Selasa (23/7/2024), aksi yang awalnya merupakan unjuk rasa menentang kuota penerimaan yang dipolitisasi untuk pekerjaan di pemerintahan Bangladesh, telah berkembang menjadi kerusuhan terburuk pada masa jabatan Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina.
Menurut penghitungan AFP berdasarkan data korban tewas yang dirilis kepolisian dan rumah sakit setempat, sedikitnya 173 orang tewas dalam rentetan tindak kekerasan selama kerusuhan berlangsung di Bangladesh beberapa hari terakhir. Terdapat beberapa personel kepolisian di antara korban tewas tersebut.
Laporan kepala kepolisian distrik Narayanganj dan Narsingdi kepada AFP menyebut sedikitnya 200 orang ditangkap di kedua distrik tersebut. Sekitar 80 orang lainnya ditangkap di wilayah Bogra.
Ditambahkan sejumlah pejabat senior kepolisian setempat bahwa sedikitnya 168 orang telah ditangkap di kota industri Gazipur, 75 orang lainnya ditangkap di kota Rangpur, dan 60 orang ditangkap di wilayah Barisal.
Kemudian di area pedesaan dan zona industri di ibu kota Dhaka, sekitar 80 orang ditangkap polisi setempat.
Angka-angka itu ditambah dengan laporan sebelumnya yang menyebut sedikitnya 532 orang ditangkap di wilayah Dhaka dalam beberapa hari terakhir, sehingga total ada 1.195 orang yang sejauh ini ditangkap di berbagai wilayah Bangladesh.
Kelompok mahasiswa yang memimpin unjuk rasa di Bangladesh menghentikan sementara aksi mereka selama 48 jam pada Senin (22/7) waktu setempat. Pemimpin kelompok mahasiswa itu mengatakan mereka tidak menginginkan reformasi "dengan mengorbankan begitu banyak darah".
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)