Organisasi mahasiswa Bangladesh yang berada di balik unjuk rasa baru-baru ini, yang memprotes kuota lapangan pekerjaan pemerintah, menyerukan agar aksi protes dihentikan sementara selama 48 jam.
"Kami menangguhkan protes penutupan selama 48 jam," ucap Nahid Islam selaku pemimpin utama penyelenggara unjuk rasa, Mahasiswa Melawan Diskriminasi pada Senin (22/7), saat berbicara kepada AFP, Senin (22/7/2024).
"Kami menuntut selama periode ini, pemerintah mencabut jam malam, memulihkan internet, dan berhenti menargetkan mahasiswa pengunjuk rasa," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seruan itu disampaikan Islam saat dirinya terbaring di ranjang rumah sakit setempat pada Senin (22/7) waktu setempat.
Aksi yang awalnya merupakan unjuk rasa menentang kuota penerimaan yang dipolitisasi untuk pekerjaan di pemerintahan Bangladesh, telah berkembang menjadi kerusuhan terburuk pada masa jabatan Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina, dengan menurut penghitungan AFP, sedikitnya 163 orang tewas dalam bentrokan.
Pada Minggu (21/7) waktu setempat, Mahkamah Agung Bangladesh mengurangi kuota perekrutan untuk kelompok tertentu, termasuk kuota untuk anak dan cucu "para pejuang kemerdekaan" dari perang pembebasan Bangladesh melawan Pakistan tahun 1971 silam.
"Kami memulai gerakan ini untuk mereformasi kuota. Tapi kami tidak ingin reformasi kuota dengan mengorbankan begitu banyak darah, begitu banyak pembunuhan, begitu banyak kerugian terhadap nyawa dan harta benda," tegas Islam dalam pernyataannya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Islam dirawat di rumah sakit setempat setelah dijemput oleh sekelompok orang tak dikenal, yang dia duga sebagai para polisi berpakaian preman, pada Minggu (21/7) malam dan dipukuli.
Dia menyalahkan tindakan otoritas Bangladesh atas semakin meningkatnya unjuk rasa.
"Kami tidak yakin berapa banyak orang yang terbunuh. Pemerintah sepenuhnya mengendalikan media. Masyarakat meluapkan kemarahan mereka kepada pemerintah," ucap Islam kepada AFP.
Sebelumnya, juru bicara Kepolisian Metropolitan Dhaka Faruk Hossain mengungkapkan bahwa setidaknya 532 orang, termasuk beberapa pemimpin oposisi Bangladesh, telah ditangkap terkait bentrokan dalam unjuk rasa selama beberapa hari terakhir.
Mereka yang ditangkap termasuk sejumlah pemimpin Partai Nasional Bangladesh (BNP), yang merupakan oposisi pemerintahan, seperti pemimpin paling senior ketiga BNP, Amir Khosru Mahmud Chowdhury dan juru bicaranya Ruhul Kabir Rizvi Ahmed. Mantan kapten sepak bola nasional yang menjadi tokoh senior BNP, Aminul Huq, juga ditahan.