Sementara Hamas telah mengisyaratkan akan mencabut atau membatalkan tuntutan agar Israel berkomitmen pada gencatan senjata permanen "sepenuhnya" sebelum menandatangani perjanjian dengan kelompoknya. Tuntutan Hamas itu telah berulang kali ditolak oleh Tel Aviv.
Dalam pernyataan pada Senin (8/7) waktu setempat, kelompok Hamas mengatakan mereka telah menunjukkan "fleksibilitas dan sikap positif untuk memfasilitasi tercapainya kesepakatan" dan mendesak para mediator untuk mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai "trik dan kejahatan Netanyahu".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu telah menewaskan lebih dari 38.000 orang, yang sebagian besar warga sipil. Perang itu meletus setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel bagian selatan pada 7 Oktober tahun lalu, yang dilaporkan menewaskan 1.200 orang.
Lebih dari 250 orang lainnya diculik dan disandera oleh Hamas di Jalur Gaza. Dengan puluhan sandera di antaranya dibebaskan selama gencatan senjata singkat pada November tahun lalu -- ditukar dengan ratusan tahanan Palestina, saat ini diyakini masih ada sekitar 120 sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
Upaya untuk mewujudkan gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza berulang kali gagal karena perbedaan pendapat antara Hamas dan Israel.
(nvc/ita)