Prospek gencatan senjata di Gaza tampak tipis ketika kelompok Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang di Gaza dengan imbalan pembebasan sandera. Sementara, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak hal tersebut.
Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut. Delegasi Hamas mengatakan mereka akan meninggalkan perundingan gencatan senjata di Kairo, Mesir pada Minggu (5/5) malam waktu setempat untuk berkonsultasi dengan para pemimpinnya. Namun, para pejabat Hamas berencana untuk kembali ke ibu kota Mesir itu pada hari Selasa mendatang, kata dua sumber keamanan Mesir.
Pada hari kedua perundingan dengan mediator Mesir dan Qatar, para perunding Hamas mempertahankan pendirian mereka bahwa perjanjian gencatan senjata harus mengakhiri perang.
Para pejabat Israel belum melakukan perjalanan ke Kairo untuk mengambil bagian dalam diplomasi tidak langsung. Namun, pada hari Minggu, Netanyahu menegaskan kembali tujuan Israel sejak dimulainya perang hampir tujuh bulan lalu: untuk melucuti dan membubarkan Hamas.
Netanyahu mengatakan Israel bersedia menghentikan pertempuran di Gaza untuk menjamin pembebasan sandera yang masih ditahan oleh Hamas, yang diyakini berjumlah lebih dari 130 orang.
"Tetapi meski Israel telah menunjukkan kesediaannya, Hamas tetap mempertahankan posisi ekstremnya, yang pertama di antaranya adalah tuntutan untuk menarik seluruh pasukan kami dari Jalur Gaza, mengakhiri perang, dan membiarkan Hamas tetap berkuasa," kata Netanyahu. "Israel tidak bisa menerima hal itu," imbuhnya, seperti dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Senin (6/5/2024).
Seorang pejabat yang mendapat penjelasan mengenai perundingan tersebut mengatakan kepada Reuters: "Putaran mediasi terakhir di Kairo hampir gagal."
(ita/ita)