Kelompok Hamas mengungkapkan bahwa Israel memberikan respons negatif terhadap proposal gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza yang diusulkan kelompoknya. Hal ini membuat harapan warga Gaza untuk terwujudnya gencatan senjata terbaru selama bulan suci Ramadan semakin meredup.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (21/3/2024), informasi itu diungkapkan oleh seorang pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, dalam konferensi pers di Beirut, Lebanon, pada Rabu (20/3) waktu setempat.
Diungkapkan Hamdan bahwa kubu Israel tidak hanya menyampaikan penolakan, tapi juga mencabut persetujuan yang sebelumnya diberikan kepada para mediator untuk proposal gencatan senjata terbaru usulan Hamas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada Selasa (19/3) malam, saudara-saudara kami, para mediator, memberi tahu kami tentang posisi pendudukan (Israel-red) terhadap proposal tersebut... yaitu respons negatif secara umum dan tidak menanggapi tuntutan-tuntutan (Hamas-red)," sebut Hamdan dalam konferensi pers.
Tidak disebutkan lebih lanjut soal tuntutan-tuntutan yang diajukan Hamas dalam proposal gencatan senjata terbaru itu.
"Faktanya, mereka (Israel-red) mencabut persetujuan yang sebelumnya diberikan kepada para mediator," ucapnya.
Hamdan, dalam pernyataannya, menyebut Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya bertanggung jawab atas kegagalan merundingkan pembebasan sandera dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina yang dipenjara oleh Tel Aviv, dan menghentikan pertempuran di Jalur Gaza.
Simak juga Video 'Jika Berhasil Melenyapkan Hamas, Israel Selanjutnya Mau Serang Iran':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Perundingan untuk mewujudkan gencatan senjata terbaru antara Hamas dan Israel dimulai kembali pekan ini di Doha, dengan dimediasi oleh sejumlah mediator seperti Qatar, Mesir dan Amerika Serikat (AS).
Namun demikian, perundingan yang berlangsung selama beberapa pekan terakhir sejauh ini gagal menghasilkan kesepakatan antara Hamas dan Israel yang diharapkan Washington akan meringankan krisis kemanusiaan yang kini mencengkeram Jalur Gaza.
Sebelumnya, pemimpin Hamas yang berbasis di Qatar, Ismail Haniyeh menuduh Israel menyabotase perundingan gencatan senjata setelah serangannya terhadap rumah sakit terbesar di Gaza.
Militer Israel menyatakan puluhan militan Palestina tewas dalam serangan di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza yang dipenuhi pasien dan pengungsi tersebut. Ratusan orang lainnya ditahan dalam serangan yang dilakukan pada Senin waktu setempat.
"Tindakan pasukan pendudukan Zionis di Kompleks Medis Al-Shifa menegaskan niat mereka untuk menghalangi pemulihan kehidupan di Gaza dan merusak aspek-aspek penting dari keberadaan manusia," kata Haniyeh, seperti dikutip dari AFP dan Al Arabiya, Rabu (20/3).
Simak juga Video 'Jika Berhasil Melenyapkan Hamas, Israel Selanjutnya Mau Serang Iran':