Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak permintaan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk membatalkan serangan darat ke Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Netanyahu menegaskan Israel bertekad memusnahkan Hamas yang bersembunyi di kota paling selatan di Jalur Gaza tersebut.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (20/3/2024), Rafah diketahui menjadi tempat perlindungan terakhir bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina yang menghindari gempuran Israel. Tel Aviv meyakini para petempur Hamas yang tersisa kini bersembunyi di kota tersebut.
Saat berbicara kepada para anggota parlemen pada Selasa (19/3) waktu setempat, Netanyahu menegaskan bahwa dirinya telah menyatakan dengan "sangat jelas" kepada Presiden AS bahwa Israel bertekad memusnahkan Hamas dengan serangan darat di Rafah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bertekad untuk menuntaskan pemusnahan batalion-batalion (Hamas) ini di Rafah, dan tidak ada cara untuk melakukan hal itu kecuali dengan turun ke lapangan," tegasnya.
Netanyahu dan Biden berbicara via telepon pada Senin (18/3) waktu setempat untuk membahas Rafah dan bantuan kemanusiaan Gaza.
Menurut Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, Biden memperingatkan Netanyahu dalam percakapan telepon itu bahwa serangan darat ke Rafah adalah "kesalahan" dan bahwa Israel bisa mencapai tujuan militernya dengan cara lainnya.
"Presiden (Biden) menjelaskan mengapa dia sangat prihatin dengan prospek Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Rafah," ucap Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kepada wartawan setempat pada Senin (18/3) waktu setempat.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.