Seorang mantan pegawai Boeing, John Barnett, ditemukan tewas. Barnett dikenal karena menyuarakan keprihatinan mengenai standar produksi bekas perusahaannya itu.
Dilansir BBC, Daily Mail dan ABC News, Selasa (12/3/2024), Barnett yang berusia 62 tahun ditemukan tewas pada Sabtu (9/3). Barnett sebelumnya telah memberikan pernyataan resmi di mana dia ditanyai oleh pengacara Boeing, sebelum diperiksa silang oleh pengacaranya sendiri.
Barnett lalu dijadwalkan menjalani pemeriksaan lebih lanjut pada hari Sabtu (9/3). Namun, dia tidak muncul sehingga berujung penyelidikan dilakukan ke hotelnya.
Polisi menyebut Barnett diduga tewas akibat luka yang 'ditimbulkan sendiri'. Namun, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.
"Kami sedih atas meninggalnya Tuan Barnett, dan duka kami tertuju pada keluarga dan teman-temannya," ujar Boeing dalam pernyataannya.
Sebenarnya, siapa John Barnett?
Barnett telah bekerja untuk Boeing selama 32 tahun. Dia pensiun pada tahun 2017 karena masalah kesehatan.
Pada 2010, dia tercatat pernah menjadi quality manager di pabrik Boeing di North Charleston yang memproduksi pesawat 787 Dreamliner. Pesawat itu dikenal canggih dan banyak digunakan untuk penerbangan jarak jauh.
Setelah pensiun, Barnett mengajukan klaim pelapor (whistleblower) terhadap Boeing dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut melakukan pembalasan terhadapnya karena berulang kali melaporkan kerusakan.
Pada bulan Januari 2024, dia mengatakan kepada ABC bahwa dia sangat kecewa dengan perusahaan yang pernah dia cintai. Pesawat Boeing 737 MAX telah menjadi fokus pengawasan setelah dua kecelakaan mematikan lima tahun lalu dan insiden baru-baru ini yang melibatkan Alaska Airlines di mana pintu darurat tiba-tiba lepas saat penerbangan.
Barnett meyakini masalah yang terjadi sebenarnya lebih parah daripada masalah MAX. Menurutnya, yang menjadi masalah adalah standar kualitas dan keselamatan yang lemah.
"Ini adalah masalah Boeing, ini bukan masalah 737. Budaya mereka adalah soal kecepatan, produksi, dan peluncuran pesawat. Masalah apa pun, kekhawatiran apa pun yang Anda kemukakan akan memperlambat mereka," ujarnya.
Pada 2019, dia pernah menyebut kepemimpinan baru di lokasi produksi tempatnya bekerja tidak tidak memahami proses. Hal itu disampaikan Barnett kepada Corporate Crime Reporter dalam sebuah wawancara pada tahun 2019 tentang bagaimana para petinggi Boeing diduga mengambil jalan pintas agar pesawat 787 mereka yang canggih bisa keluar tepat waktu.
"Mereka mendatangkan orang dari area lain di perusahaan. Tim kepemimpinan baru mulai dari direktur saya hingga - semuanya berasal dari St Louis, Missouri. Mereka bilang mereka semua adalah teman di sana. Seluruh tim itu turun. Mereka berasal dari pihak militer. Kesan saya adalah pola pikir mereka adalah - kami akan melakukannya sesuai keinginan kami. Moto mereka saat itu adalah - kami berada di Charleston dan kami dapat melakukan apapun yang kami inginkan," ujarnya dalam wawancara itu sebagaimana dikutip dari Daily Mail.
"Mereka mulai menekan kami untuk tidak mendokumentasikan kerusakan, bekerja di luar prosedur, dan mengizinkan pemasangan material yang cacat tanpa diperbaiki. Mereka mulai mengabaikan prosedur dan tidak menjaga kendali konfigurasi pesawat, tidak mengendalikan bagian-bagian yang tidak sesuai - mereka hanya ingin pesawat didorong keluar dan membuat mesin kasir berdering," sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak juga Video: Detik-detik Sayap Pesawat Atlas Air Boeing 747 Terbakar saat Terbang di Miami
(haf/imk)