Lagi! Donald Trump dan Joe Biden bakal terlibat ketegangan seru. Kali ini, Trump menantang Joe Biden untuk berdebat. Kedua tokoh politik Paman Sam ini kemungkinan bakal bertarung lagi di Pilpres AS, November 2024 mendatang.
Trump, pria 77 tahun mantan Presiden AS ini bakal menjadi capres dari Partai Republik. Biden si pria 81 tahun akan menjadi capres petahana dari Partai Demokrat. Keduanya sudah pernah bersaing meraup suara pada Pilpres 2020 dan Trump kalah.
Kali ini, Trump sudah mengumpulkan suara dari 15 negara bagian AS. Dia menang pada pemilu pendahuluan Partai Republik alias pemilu internal mereka, pada 5 Maret lalu. Pemilu Partai Republik itu disebut sebagai 'Super Tuesday'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia telah mengalahkan satu-satunya penantang yang tersisa, Nikki Haley. Hanya satu daerah yang Trump kalah dari Haley yakni di Vermont.
Trump berulang kali ditantang oleh Haley dan pesaing-pesaing utamanya lainnya untuk hadir dalam debat Partai Republik di televisi, namun ia menolak, dengan pertimbangan bahwa ia tidak akan mendapat keuntungan jika berbagi sorotan dengan pesaingnya yang memiliki jajak pendapat lebih rendah.
Namun di mata Trump, Joe Biden berbeda levelnya dengan Haley. Tentu saja. Trump bersedia melayani perdebatan dengan 'raksasa' sebesar Biden. Trump menantang.
Halaman selanjutnya, tantangan Trump ke Biden:
Tantangan Trump ke Biden
Trump menantang Biden untuk berdebat soal isu terkini. Waktu dan tempat debat kapanpun dan dimanapun tidaklah masalah bagi Trump.
"Demi kebaikan negara kita, penting bagi saya dan Joe Biden untuk memperdebatkan isu-isu yang sangat penting bagi Amerika, dan Rakyat Amerika," kata Trump dilansir AFP, Kamis (7/3/2024).
"Saya menyerukan Debat, 'kapan saja, di mana saja, di mana saja!" imbuhnya.
Terkait tantangan Trump, Biden belum mengungkapkan apakah dia terbuka untuk berdebat dengan Trump. Pasangan ini diketahui berhadapan dua kali pada tahun 2020.
Trump percaya diri maju ke Pilpres AS meski dia kini sedang berkasus pidana. Dia dijadwalkan untuk menjalani persidangan perdana kasusnya di New York pada akhir Maret, di mana dia didakwa memalsukan dokumen bisnis untuk menyembunyikan pembayaran uang tutup mulut kepada seorang bintang porno selama masa pencalonan pada Pilpres 2016 lalu.