Situasi di Ekuador yang sedang dilanda "perang" antara geng narkoba dan pasukan keamanan setempat masih mencekam. Kepolisian Ekuador menangkap sedikitnya 68 orang setelah sebuah rumah sakit di negara itu diserang dan berupaya diduduki oleh sekelompok "teroris".
Seperti dilansir AFP, Senin (22/1/2024), penangkapan itu terjadi ketika Ekuador telah menyepakati dengan negara-negara tetangganya, yakni Peru, Kolombia dan Bolivia, untuk meluncurkan jaringan keamanan baru, dengan kesepakatan dicapai dalam rapat darurat saat tindak kekerasan meningkat di negara tersebut.
"Kami berhasil mengamankan para tersangka teroris yang berusaha mengambil alih fasilitas rumah sakit di wilayah Yaguachi, Guayas," demikian pernyataan Kepolisian Ekuador via media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang-orang yang ditangkap itu, menurut Kepolisian Ekuador, berusaha menyelamatkan rekannya yang dirawat di rumah sakit akibat cedera dalam tindakan kekerasan lainnya yang terjadi beberapa jam sebelumnya.
Sejumlah senjata api dan obat-obatan disita dari operasi di dalam rumah sakit tersebut.
Kepolisian Ekuador juga mengatakan personelnya telah menggerebek sebuah "pusat rehabilitasi" yang menjadi pusat komando geng narkoba dan sebuah rumah bordil, yang menjadi tempat sejumlah tersangka anggota geng narkoba bersembunyi.
Otoritas Ekuador, beberapa waktu terakhir, menutup ratusan pusat pengobatan, yang pada dasarnya merupakan rumah sakit rahasia yang dikelola oleh geng narkoba dan menurut para pejabat setempat, tidak memiliki fasilitas yang layak untuk merawat pasien.
Lihat juga Video 'Jaksa yang Selidiki Penyerangan Stasiun TV Ekuador Ditembak Mati OTK':
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Ekuador yang pernah dianggap menjadi negara aman di kawasan Amerika Latin ini, terjerumus ke dalam krisis setelah bertahun-tahun menjadi lokasi ekspansi kartel narkoba transnasional yang memanfaatkan pelabuhan di negara itu untuk mengirimkan narkoba ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Rentetan kekerasan marak baru-baru ini setelah kaburnya gembong narkoba terkemuka, Afolfo Macias alias Fito, dari penjara dengan keamanan ketat di Ekuador. Presiden Daniel Noboa memberlakukan keadaan darurat dan menyatakan negaranya dalam "perang" melawan geng narkoba dan kriminal.
Bukannya semakin aman, situasi malah semakin memburuk saat keadaan darurat berlangsung di Ekuador. Kartel-kartel narkoba melancarkan rentetan serangan dan bahkan mengancam akan mengeksekusi mati warga sipil dan para personel keamanan, serta menyandera puluhan polisi dan sipir penjara.
Tercatat bahwa sekitar 20 kelompok kriminal aktif di negara dengan penduduk 17 juta jiwa tersebut. Keanggotaan geng-geng kriminal di Ekuador itu diperkirakan melebihi 20.000 orang.