Dia dijuluki Donald Trump dari Belanda. Dia telah berulang kali diancam akan dibunuh oleh ekstremis. Dia pernah dihukum karena menghina warga Maroko dan pemerintah Inggris pernah melarangnya memasuki negara tersebut.
Kini, secara mengejutkan, Geert Wilders meraih kemenangan besar dalam pemilu Belanda dan berada di posisi terdepan untuk membentuk koalisi berkuasa berikutnya, dan berpotensi menjadi perdana menteri Belanda berikutnya.
PVV (Partai Kebebasan) yang dipimpin politikus sayap kanan itu, memenangkan 37 kursi di parlemen. Perolehan ini lebih dari dua kali lipat perolehan kursinya dibandingkan pemilu sebelumnya dan mengungguli lawan-lawannya, demikian menurut hasil penghitungan yang hampir selesai, sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/11/2023).
Kemenangan politikus kontroversial itu disebut sebagai salah satu kekacauan politik terbesar di Belanda sejak Perang Dunia II dan mengguncang seluruh Eropa.
Wilders, dengan lidahnya yang berapi-api, telah lama menjadi salah satu anggota parlemen Belanda paling terkenal di dalam dan luar negeri. Kebijakan populisnya dan gaya rambutnya telah menarik banyak perbandingan dengan mantan presiden AS, Donald Trump.
Retorika anti-Islamnya yang berapi-api telah menjadikan Wilders sebagai sasaran para ekstremis dan membuatnya hidup di bawah perlindungan sepanjang waktu selama bertahun-tahun. Dia pernah muncul di pengadilan sebagai korban ancaman pembunuhan, dan bersumpah tidak akan pernah bisa dibungkam.
Dilansir kantor berita Associated Press, Kamis (23/11/2023), saat memberikan suara pada hari Rabu (22/11) waktu setempat di Balai Kota Den Haag, Wilders diapit oleh para penjaga keamanan bertubuh kekar yang memindai ruangan untuk mencari kemungkinan ancaman. Selama ini, dia telah berpindah dari satu rumah persembunyian ke rumah persembunyian lainnya selama hampir dua dekade.
Pada tahun 2009, pemerintah Inggris menolak mengizinkan veteran politik berumur 60 tahun itu mengunjungi negara tersebut, dengan alasan bahwa ia merupakan ancaman terhadap "keharmonisan masyarakat dan juga keamanan publik."
Wilders pernah diundang ke Inggris oleh anggota majelis tinggi Parlemen, House of Lords, untuk memutar film berdurasi 15 menit "Fitna," yang mengkritik Al-Quran sebagai "buku fasis." Film ini memicu protes kekerasan di seluruh dunia Muslim pada tahun 2008 karena menghubungkan ayat-ayat Alquran dengan rekaman serangan teroris.
Lihat juga Video: Penembakan di Rotterdam Belanda, Dua Orang Tewas
(ita/ita)