Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kembali berkomentar mengenai masa depan Jalur Gaza, yang saat ini diselimuti perang. Netanyahu menyatakan bahwa Otoritas Palestina (PA), dalam bentuknya saat ini, tidak seharusnya mengambil alih kepemimpinan atas Jalur Gaza.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (13/11/2023), Israel bersumpah menghancurkan kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, menyusul serangan lintas perbatasan yang mengejutkan pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 240 orang lainnya disandera.
Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Jalur Gaza selama sebulan terakhir untuk merespons serangan Hamas tersebut. Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut lebih dari 11.078 orang, sekitar 40 persennya anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel selama lima pekan terakhir.
Namun, tidak pernah disebutkan secara jelas soal siapa yang seharusnya memerintah atas daerah kantong Palestina tersebut usai perang berakhir nantinya.
Netanyahu, baru-baru ini, menyatakan bahwa Israel akan menjaga keamanan atas Jalur Gaza secara keseluruhan. Komentar itu ditafsirkan bahwa pendudukan Israel atas wilayah tersebut akan kembali terjadi.
Pemerintah Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Israel, menegaskan Israel tidak bisa menduduki Jalur Gaza setelah perang. Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken menyatakan pekan lalu, bahwa pemerintahan Gaza harus bersatu kembali dengan Tepi Barat, yang sebagian dikelola oleh Otoritas Palestina di bawah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.
Abbas pada Jumat (10/11) lalu, menyatakan Otoritas Palestina bisa memainkan peran masa depan dalam memerintah Jalur Gaza. Namun Netanyahu mengindikasikan dirinya tidak ingin Otoritas Palestina yang saat ini dipimpin Abbas diberikan kebebasan untuk mengendalikan Jalur Gaza.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
(nvc/ita)