Amerika Serikat (AS) menegaskan Hamas tidak bisa dibiarkan mempertahankan kendali atas Jalur Gaza, yang dilanda krisis kemanusiaan akibat gempuran Israel. Washington menilai bahwa menempatkan Hamas sebagai pemimpin Jalur Gaza akan menjadi masalah, usai serangan yang menewaskan 1.400 orang di Israel.
AS dan sekutu-sekutu, serta mitranya, sedang mendiskusikan beberapa opsi untuk Jalur Gaza pascaperang.
Seperti dilansir Al Jazeera dan Anadolu Agency, Kamis (2/11/2023), juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan AS belum mengetahui siapa yang akan terpilih untuk mengambil alih kendali atas Jalur Gaza.
Namun, sebut Kirby, Washington bekerja sama dengan mitra-mitra regional untuk membuat sebuah rencana.
"Kami meyakini bahwa Hamas tidak bisa menjadi masa depan pemerintahan di Gaza. Mereka tidak bisa," ucap Kirby dalam pernyataannya kepada wartawan, seperti dilansir Reuters.
"Apa yang terjadi setelah konflik, kami belum memiliki semua jawabannya, namun kami bekerja sama dengan mitra-mitra kami di kawasan tersebut untuk mengeksplorasi seperti apa tata kelola pemerintahan di Gaza untuk jangka panjang," sebutnya.
Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina tahun 2006 lalu, yang memicu perebutan kekuasaan dengan kelompok Fatah, saingan utamanya, yang mendominasi Otoritas Palestina. Hal itu mendorong Hamas untuk mengambil alih kekuasaan atas Jalur Gaza pada tahun 2007 lalu hingga saat ini.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
(nvc/idh)