Seorang anggota parlemen Israel, Ofer Cassif, menyalahkan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu atas serangan Hamas yang menewaskan 700 warga Israel. Cassif menyatakan dirinya pernah memperingatkan bahwa serangan semacam itu bisa terjadi jika Israel terus melanjutkan pendudukan atas Palestina.
Seperti dilansir Al Jazeera dan Press TV, Senin (9/10/2023), Cassif merupakan anggota parlemen Israel atau Knesset dan bagian dari koalisi sayap kiri Hadash. Partai Hadash yang menaungi Cassif diketahui hanya memiliki empat kursi dalam parlemen Israel, yang secara total memiliki 120 anggota.
Cassif menuturkan kepada Al Jazeera pada Minggu (8/10) bahwa partainya telah berulang kali memperingatkan situasi akan 'meledak' jika pemerintahan Netanyahu tidak mengubah kebijakannya terhadap Palestina. Dia juga memperingatkan bahwa cara rezim Netanyahu memperlakukan warga Palestina akan memiliki dampak serius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengecam dan menentang setiap serangan terhadap warga sipil yang tidak bersalah. Namun berbeda dengan pemerintahan Israel, hal ini berarti kami juga menentang setiap serangan terhadap warga sipil Palestina," tegas Cassif dalam wawancara dengan Al Jazeera.
"Kita harus menganalisis insiden-insiden (serangan-red) mengerikan itu dalam konteks yang tepat -- dan itu adalah pendudukan yang sedang berlangsung," sebutnya.
"Kami telah memperingatkan berkali-kali... semuanya akan meledak dan semua orang akan menanggung akibatnya -- terutama warga sipil yang tidak bersalah dari kedua pihak. Dan sangat disayangkan, itulah yang terjadi," ujar Cassif.
Lebih lanjut, Cassif menyebut pemerintahan Netanyahu sebagai pemerintahan fasis yang mendukung 'pogrom' -- pembantaian sebuah bangsa -- terhadap warga Palestina. Dia juga menuduh rezim Israel saat ini sedang melakukan 'pembersihan etnis'.
"Pemerintah Israel, yang merupakan pemerintahan fasis, yang mendukung, mendorong dan memimpin pogrom terhadap warga Palestina. Ada pembersihan etnis yang sedang terjadi. Itu sejelas tulisan pada dinding, yang ditulis dengan darah-darah warga Palestina -- dan sayangnya, sekarang juga ditulis dengan darah warga Israel," cetusnya.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.