Pemerintah Amerika Serikat menyuarakan kekhawatiran atas kerja sama militer baru antara Rusia dan Korea Utara (Korut) setelah para pemimpin kedua negara bertemu.
Kerja sama yang diumumkan selama kunjungan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ke Rusia itu "cukup meresahkan dan berpotensi melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (14/9/2023).
Miller menekankan kekhawatiran AS bahwa satelit-satelit Korea Utara, yang dijanjikan kerja sama oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, telah digunakan untuk mengembangkan rudal balistik Pyongyang.
Amerika Serikat "tidak akan ragu" menjatuhkan sanksi-sanksi jika diperlukan, kata Miller.
Secara terpisah, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan: "Setiap pengaturan yang akan meningkatkan kemampuan militer Korea Utara tentu akan menjadi perhatian."
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Rabu (13/9), mengatakan bahwa ketergantungan Rusia pada Korea Utara dan Iran menunjukkan situasi sulit Rusia di saat mereka melancarkan perang di Ukraina.
"Itu seperti adegan 'Star Wars' di berbagai negara. Jadi menurut saya ini menunjukkan keputusasaan Rusia," kata Blinken pada podcast Pod Save the World.
"Kami ingin memastikan bahwa, jika diperlukan, kami dapat menerapkan ganjaran dan konsekuensi," cetusnya.
Rusia Geram
Anatoly Antonov, Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Amerika Serikat, berang atas respons Washington usai pertemuan Putin-Kim Jong Un.
Simak Video 'AS Ancam Korea Utara Jika Berani Membantu Rusia':
(ita/ita)