Keadaan mencekam terjadi di Ibu Kota Haiti, Port-au-Prince. Tujuh orang tewas ditembaki saat demonstrasi menentang kekerasan geng bersenjata.
Dilansir CNN, Senin (28/8/2023), aksi protes dipimpin sebuah gereja di pinggiran Port-au-Prince. Setidaknya, tujuh orang tewas jadi korban tembakan oleh kelompok geng bersenjata.
Marie Yolène Gilles, direktur kelompok hak asasi manusia Fondasyon Je Klere, mengatakan kepada CNN, ratusan orang dikumpulkan oleh seorang pemimpin gereja Kristen, berbaris di Canaan, pinggiran utara ibu kota Port-au-Prince. Mereka menentang kekerasan geng, lalu geng lokal melepaskan tembakan dari senapan mesin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Berita Terpopuler Internasional Hari Ini |
Direktur Pusat Analisis dan Penelitian Hak Asasi Manusia GΓ©dΓ©on Jean menduga jumlah korban yang terbunuh pada Sabtu (26/8) itu kemungkinan bertambah. Mengingat, banyaknya jumlah orang yang ikut dalam aksi tersebut.
"Ada tanggung jawab ganda yang harus ditegakkan: tanggung jawab pendeta yang membawa orang-orang tak bersalah ini ke tempat penjagalan, dan khususnya otoritas peradilan dan kepolisian yang tidak mencegah hal ini," kata Jean seperti dilansir CNN, Senin (28/8/2023).
Jean mengatakan sejumlah orang terluka dalam penembakan itu. Selain itu, sebanyak 10 orang lainnya diyakini telah diculik.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan orang-orang berbaris di jalan, banyak di antaranya mengenakan kemeja kuning yang terkait dengan kelompok agama tersebut.
Sebuah video yang dibagikan kepada CNN oleh kelompok hak asasi manusia setempat menunjukkan mayat-mayat berlumuran darah di tanah. Mereka mengenakan kemeja berlogo kelompok agama tersebut.
Video lainnya di media sosial juga menunjukkan orang-orang di jalanan mengenakan kemeja kuning yang sama. CNN tidak dapat memverifikasi video-video ini secara independen.
Selanjutnya: Kekerasan geng di Haiti.
Simak juga 'Banjir di Haiti Mengakibatkan 42 Orang Tewas-11 Hilang':
Kekerasan geng di Haiti
Gelombang kejahatan dan kerusuhan telah melanda Haiti sejak pembunuhan mantan Presiden Jovenel MoΓ―se pada tahun 2021. Penggantinya, Perdana Menteri Ariel Henry, telah berjuang untuk menghentikan kekerasan, yang juga merupakan hambatan besar dalam menyelenggarakan pemilu penting yang telah lama tertunda di negara itu.
Menurut PBB, lebih dari 1.000 orang disandera untuk mendapatkan uang tebusan dalam enam bulan pertama tahun ini.
Selama dua tahun terakhir, geng-geng yang bertikai di Port-au-Prince telah menebar teror dalam persaingan untuk menguasai wilayah. Akibatnya, ribuan warga Haiti telah meninggalkan rumah mereka, berkumpul di perkemahan sementara di seluruh ibu kota.
Selanjutnya: 2.400 jadi korban sejak Januari 2023.
2.400 Orang Jadi Korban Geng Sejak Januari
Kekerasan geng bersenjata tengah merajalela di Haiti. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 2.400 orang telah tewas di Haiti sejak Januari 2023 akibat kekerasan tersebut.
Korban tewas termasuk ratusan orang yang tewas dalam hukuman mati tanpa pengadilan oleh massa yang main hakim sendiri.
Jumlah korban tewas itu disampaikan PBB seiring kekerasan geng di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, pekan kedua Agustus menyebabkan 30 warga tewas dan lebih dari selusin luka-luka.
"Antara 1 Januari dan 15 Agustus tahun ini, sedikitnya 2.439 orang tewas dan 902 lainnya luka-luka," kata juru bicara kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani kepada wartawan di Jenewa seperti diberitakan AFP, Jumat (18/8/2023).
Selain itu, katanya, "951 orang telah diculik" selama periode yang sama.
Shamdasani mengingatkan bahwa ketika kemarahan tumbuh atas kekerasan geng, maka peningkatan gerakan keadilan massa dan kelompok pembelaan diri telah memicu kekerasan lebih lanjut.
"Sejak 24 April hingga pertengahan Agustus, lebih dari 350 orang telah dihukum mati oleh penduduk setempat dan kelompok main hakim sendiri," katanya.
310 orang di antara mereka diduga sebagai anggota geng dan satu orang polisi. Sisanya adalah anggota masyarakat.