Perhelatan Jambore Pramuka Dunia 2023 di Buan, Jeolla, Korea Selatan berantakan akibat berbagai faktor, seperti gelombang panas, angin topan hingga tuduhan salah tata kelola. Diketahui, Jambore Dunia ini juga dihadiri oleh kontingen dari Indonesia.
Seluruh peserta telah dievakuasi dari lokasi jambore tersebut. Kemudian, acara itu ditutup dengan konser K-pop dari para artis Negeri Ginseng itu. Berikut fakta-fakta Jambore Dunia di Korsel tahun 2023.
1. Ancaman Angin Topan di Lokasi Jambore Dunia 2023
Jambore Pramuka adalah perhelatan setiap empat tahun sekali yang mengumpulkan para pramuka muda dari seluruh dunia. Acara tersebut dijuluki sebagai kamp pemuda terbesar di dunia.
Sekitar 43.000 peserta, mayoritas berusia 14-18 tahun, berkumpul sejak 1 Agustus 2023 untuk mengikuti rangkaian acara selama 12 hari di pantai barat Korea Selatan. Namun, beragam persoalan di perkemahan menyebabkan kontingen-kontingen dari berbagai negara dipulangkan.
Persoalan pertama adalah angin topan pada Senin (7/8/2023) yang memicu badai tropis. Hal ini memaksa para panitia untuk mengevakuasi seluruh peserta dari perkemahan Saemangeum.
Topan Khanun adalah nama angin ribut yang dikhawatirkan bakal menerjang kawasan jambore. Jambore itu lebih baik dibubarkan lebih awal untuk mencegah bahaya yang tidak diinginkan.
2. Faktor Gagal Jambore Dunia 2023: Cuaca Ekstrem
Gelombang panas yang terjadi di Korea Selatan berdampak pada acara Jambore Dunia. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia, Ahmad Alhendawi mengatakan agenda yang mengumpulkan sekitar 43.000 anggota pramuka di sebuah perkemahan di Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan, begitu "sangat tidak beruntung dengan adanya gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sekarang topan."
Kondisi cuaca ekstrem seperti itu, "secara signifikan berdampak pada perencanaan dan pelaksanaan Jambore Pramuka Dunia ke-25," ungkap Alhendawi, dalam sebuah pernyataan, dilansir Deutsche Welle (DW).
3. Adanya Kesalahan Pihak Panitia
Tempat perkemahan Jambore Dunia di Korsel sempat dilanda hujan deras sejak sebelum acara. Akibatnya, air hujan tergenang dan tanah menjadi becek. Namun, beberapa hari kemudian area perkemahan mengering karena cuaca panas.
"[Kami tiba saat] tanahnya masih dalam keadaan basah. Jadi kami bawa koper ke sini itu berat di atas tanah yang basah, kata Fayyazza Faizora, kontingen asal Jawa Tengah.
Menurut Ayya, unitnya tidak kekurangan makanan karena masih bisa membeli ke minimarket yang disediakan penyelenggara. Namun, lokasinya agak jauh dan mereka harus mengantre di bawah udara panas.
Sayangnya, Ayya mengungkapkan kelompoknya menemukan makanan haram mengandung babi pemberian panitia. Padahal, kontingen Indonesia telah memesan makanan halal.
"Ada crackers. Kita iseng pakai Google Translate ternyata mengandung babi. Pagi ini, kok ada lagi. Semacam jeli gitu," katanya.
Namun, dia mengatakan bahwa panitia penyelenggara terus berupaya membenahi segala kekurangan itu.
Seminggu sebelum acara, hujan deras membuat area perkemahan becek dan menjadi sarang nyamuk. Ketika acara dimulai beberapa hari kemudian, gelombang panas menerjang dengan suhu mencapai 35C.
Selain itu, sebanyak 400 kasus kelelahan akibat suhu panas dilaporkan pada malam pertama. Banyak yang harus dirawat di rumah sakit darurat. Wabah Covid-19 juga menginfeksi sekitar 70 peserta.
Bahkan, seorang laki-laki dari delegasi Thailand tertangkap masuk ke kamar mandi perempuan. Dia mengklaim kejadian itu tak disengaja, dan mengaku tidak melihat ada penanda jenis kelamin.
Setelah insiden itu, 85 peserta asal Korea Selatan mengundurkan diri dari Jambore Dunia 2023. Menurut mereka, panitia penyelenggara tidak cukup berupaya untuk melindungi perempuan.
Baca berita di halaman selanjutnya.
(kny/jbr)